Latest News

Thursday, December 29, 2011

Keteladanan

K E T E L A D A N A N
I Korintus 4:16
Sebab itu aku menasehatkan kamu: turutilah teladanku!

Pendahuluan
            Dalam I Korintus 11:1, Paulus berani mengatakan, �Jadilah pengikutku (mimetes, peniru, orang yang menuruti teladan), sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.� Karena dalam Yohanes 13:15, Tuhan Yesus sendiri mengatakan, �Sebab Aku telah memberikan suatu teladan (hupodeigma, contoh, pola; salinan, tiruan, gambaran, model) kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu,� yaitu wajib (opheilo, berhutang; bersalah terhadap) saling membasuh kaki (ay. 14).
            Dalam bahasa Yunani, kata keteladanan ada beberapa istilah, yaitu: tupos, mimetes, mimeomai, summimetes, hupodeigma, hupogrammnos, dan ichnos.  

Wujud keteladanan Paulus
Melayani dengan saling membasuh kaki, oleh Paulus dinyatakan dengan memberi keteladanan (mimeomai, meniru, meneladani) pelayanan yang tidak pernah lalai (atakteo, bermalas-malasan, hidup dengan tidak tertib, tidak mau bekerja) kepada jemaat di Tesalonika dan dengan tidak makan roti orang secara gratis (dorean, cuma-cuma, sia-sia, tanpa alasan), melainkan dengan cara kerja keras, supaya tidak menjadi beban (epibareo, membebankan, membebani) bagi siapapun, walaupun sebagai pelayan Tuhan, Paulus mempunyai hak atas hal itu, II Tesalonika 3:7-9.
Keteladanan Paulus juga ditunjukan antara lain dalam hal kerendahan hati dan kesabaran menanggung penderitaan. Dalam hal kerendahan hati Paulus menjadi bodoh (moros, tolol), lemah (asthenes, sakit, tidak berdaya) dan hina (atimos, tidak dihormati; kurang terhormat) oleh karena Kristus. Dalam hal kesabaran menanggung penderitaan, Paulus selalu mengalami kelaparan, kehausan, ketelanjangan (gumniteuo, berpakaian rombeng/compang-camping, memakai pakaian yang jelek), dipukul (kolaphezo, menggocoh, meninju, menggoda) dan hidup menggembara, melakukan pekerjaan tangan yang berat (kopiao, berusaha keras, membanting tulang, menjadi capai), dicaci-maki (loidoreo, mengejek, menghina), dianiaya, difitnah (dusphemeo, mengmpat), menjadi sama dengan sampah (perikatharma, kotoran) dunia, sama dengan kotoran (peripsema, hal yang rendah) dari segala sesuatu, I Korintus 4:10-13.
Secara kiasan dipakai bagi yang patut dihina, khususnya ditujukan kepada para kriminal kelas terendah yang telah dihakimi, yang dilemparkan ke dalam laut atau kepada binatang-binatang buas yang liar di gelanggang pertunjukan. Mereka telah dianggap sebagai sampah masyarakat, barang yang tidak berguna, atau orang yang selalu dikambing hitamkan.

Buah dari keteladanan Paulus
Buah dari keteladanan Paulus terlihat ketika jemaat Tesalonika mengikuti baik teladan dari Paulus maupun teladan dari Tuhan Yesus, yaitu walaupun dalam penindasan yang berat, mereka tetap menerima firman dengan sukacita. Sehingga jemaat Tesalonika pun menjadi teladan bagi semua orang percaya baik di Makedonia maupun di Akhaya (suatu provinsi Romawi di negeri Yunani, bagian selatan), I Tesalonika 1:6-7
Selain dari pada itu, jemaat di Tesalonika juga mengikuti teladan dari jemaat Yudea yang juga menderita karena teman sebangsanya sendiri (sumphuletes, orang sesuku, sedaerah), I Tesalonika 2:14. (Pada mulanya orang-orang Tesalonika adalah orang bukan Yahudi yang tidak percaya)
Dalam Filipi 3:17, keteladanan (summimetes, peniru [bersama-sama orang lain], orang yang menuruti teladan [bersama-sama dengan orang lain]) Paulus juga ditunjukkan pada pola pikirnya tentang hidup dalam kesempurnaan (teleioo, menyempurnakan, membawa kepada kesempurnaan/tujuan; mencapai kesempurnaan/tujuan; menggenapi, melengkapi, memenuhi, menyatu secara sempurna; mencapai, mengakhiri; menyelesaikan pekerjaan; mendewasakan). Dalam ayat 12 dan 15, teleios artinya sempurna, sudah mencapai tujuan, lengkap, utuh, genap; hasil yang baik; dewasa. Hal ini didasarkan karena Bapa yang di surga (ouranios, surgawi, dari surga) juga sempurna, Matius 5:48.
Pengakuan Paulus dalam I Timotius 1:13-16, sebagai orang yang paling berdosa (protos, yang pertama, yang menonjol, yang terpenting, yang memimpin; yang dulu, sebelumnya [dalam urutan negatif]) di antara orang dosa, telah menjadi contoh bagi orang berdosa lainnya. Hal ini menunjukkan kalau orang berdosa dapat dijangkau oleh belas kasihan Allah dan diselamatkan oleh kasih karunia Kristus.
Paulus juga meminta kepada Timotius yang walaupun masih muda (neotes, masa muda; keadaan masih muda) untuk menjadi teladan (tupos, contoh) dalam hal integritas (anastrophe, kelakuan, cara hidup), kasih, kesetiaan dan kemurnian (agneia, kebersihan), I Timotius 4:12. Demikian juga Paulus meminta kepada Titus yang masih muda untuk menguasai diri (sophroneo, berakal budi, berpikiran waras/sehat; berpikir secara serius atau baik-baik) dalam segala hal, menjadi teladan dalam berbuat baik, jujur (aphthoria, kejujuran, kemurnian, kesehatan), bersungguh-sungguh dalam pengajaran, sehat dan tidak bercela (akatagnostos, yang tidak dapat diganggu gugat) dalam pemberitaan, Titus 2:6-8.

Tuntutan keteladanan bagi para penatua
Petrus pun meminta kepada para penatua untuk menjadi teladan bagi kawanan domba dalam hal tidak semena-mena memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadanya, yaitu tidak melaksanakan penguasaan atas orang yang dikuasai (ontos ho, penguasa, orang yang memerintah), (Matius 20:25). Selain Yesus, tidak boleh ada tuan lain.
Para penatua dalam gereja hanya dapat memimpin (proistamai, memperhatikan), tetapi tidak boleh menjadi tuan, dan semua orang beriman harus menghormati (oida, mengakui, tahu, mengerti, mengenal, ingat) dan mengikuti pimpinan ini, I Tesalonika 5:12, I Timotius 5:17.

Penutup
Yakobus 5:10 mengingatkan, �Saudara-saudara turutilah teladan (hupodeigma) penderitaan dan kesabaran (makrothumia, ketekunan, ketahanan) para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan.�
Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan (hupogrammos, contoh) bagimu, supaya kamu mengikuti (epakoloutheo, melakukan; timbul kemudian) jejak-Nya (ichnos, bekas jejak kaki; teladan), I Petrus 2:21.
 
                                                                                                                Oleh: Wawan Widjanarko

No comments:

Post a Comment