Latest News

Showing posts with label Kesempurnaan. Show all posts
Showing posts with label Kesempurnaan. Show all posts

Thursday, December 29, 2011

Kesempurnaan

K E S E M P U R N A A N
Matius 5:48
Karena itu haruslah kamu sempurna,
sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.

Pendahuluan
            Di dalam Perjanjian Baru, kata sempurna teleios  dalam bahasa Yunani, bisa berarti sudah mencapai tujuan, lengkap, utuh, genap, dewasa, matang. Ketika pelayanan di dunia pun Tuhan Yesus telah melakukan penggenapan (sunteleo, menyelesaikan, mengakhiri; meletakkan, membuat [perjanjian]; melaksanakan, mewujudkan) firman Allah dengan sempurna, Roma 9:28.
            Menurut Yakobus 3:2, siapa yang tidak pernah bersalah (ptaio, tersandung, berdosa) karena tidak pernah tersandung dalam perkataannya, ia adalah orang yang sempurna (teleios, sudah mencapai tujuan, lengkap, utuh, genap; dewasa), sebab ia dapat mengendalikan dan mengekang semua anggota tubuhnya.

Kesempurnaan Allah
            Kesempurnaan Allah antara lain ditunjukkan dalam hal pekerjaan-Nya, segala jalan-Nya yang adil, kesetiaan-Nya, dengan tiada kecurangan, Ulangan 32:4, sabda-Nya yang murni, perlindungan-Nya, Ulangan 22:31, Mazmur 18:31, pengetahuan-Nya, Ayub 36:2-4. Taurat-Nya yang menyegarkan jiwa, perkataan-Nya yang teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman, Mazmur 19:8, hukum-Nya yang memerdekakan (eleutheria, kebebasan) orang, Yakobus 1:25.
            Sebagai Imam Besar yang menjadi Pengantara kepada Allah, Yesus sanggup menyelamatkan semua orang dengan sempurna atau secara sempurna, tuntas, menyeluruh, sampai pada kesudahannya, dan sampai selama-lamanya, Ibrani 7:25. Menurut Ibrani 9:11, sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang (mello, sebentar lagi akan; hendak; harus), Kristus telah melintasi kemah yang lebih besar dan lebih sempurna, yang tidak termasuk ciptaan (ktisis, makhluk; dunia; penciptaan) atau dunia ini.
            Dalam Ibrani 7:28, Allah menetapkan (kathistemi, mendudukkan; mengangkat; mengiringi; menjadikan diri; menetapkan sebagai pimpinan) bahwa Yesus yang telah dijanjikan itu sempurna sampai selama-lamanya. Yesus telah dibawa pada suatu tujuan untuk diperlengkapi, disempurnakan melalui inkarnasi kehidupan insani, sehingga kematian dan kebangkitan-Nya menjadikan Dia layak untuk menjadi Imam Besar. Sebab (peri, bagi, tentang, mengenai, untuk; karena) Allah telah menyediakan (problepomai, menentukan sebelumnya, nampak lebih dahulu) sesuatu yang lebih baik (kreitton, lebih kuat, lebih tinggi, lebih unggul, lebih terhormat dan mulia, lebih besar) bagi kita; tanpa kita, mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan, Ibrani 11:40.
            Sesudah Yesus disempurnakan (teleioo, menyempurnakan; membawa kepada kesempurnaan/tujuan, mencapai kesempurnaan; menggenapi; melengkapi; menyelesaikan pekerjaan; mengakhiri; memenuhi; mendewasakan), Ia menjadi sumber  (aitios, penyebab, pemprakarsa, pemula, perintis) keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, Ibrani 5:9. Maksud dari �Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan (sorgawi) � juga menyempurnakan Perintis (archegos, pelopor, pendiri, pemimpin, pemula, pendahulu) yang memimpin mereka kepada keselamatan melalui penderitaan� dalam Ibrani 2:10, tidak berarti bahwa dalam atribut Yesus ada yang tidak sempurna, tetapi berarti bahwa pengalaman penderitaan-penderitaan insani-Nya itu perlu diperlengkapi agar Dia dapat menjadi Perintis, Pemimpin keselamatan bagi orang banyak, karena sebagai Allah yang kekal, Yesus sudah sempurna dalam kekekalan hingga kekekalan.
                         
Keinginan Allah adalah kesempurnaan
            Menjelang kedatangan Tuhan, jika yang sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna akan lenyap, I Korintus 13:10. Dan keinginan Tuhan ialah supaya roh, jiwa dan tubuh kita itu terpelihara dengan sempurna tanpa cacat, dalam keadaan utuh (holokleros, tidak rusak; sehat; sempurna), tidak rusak (amemptos, secara tidak berccacat; dipelihara tanpa cacat) pada saat kedatangan Tuhan Yesus Kristus, I Tesalonika 5:23. Dalam hal ini Paulus dengan tegas dan berani akan siap (etoimos, bersedia, tersedia, siap sedia) menghukum (ekdikeo, membalaskan [dendam], menuntut pembalasan, membela hak seseorang) bagi setiap orang yang tidak taat (parakeo, ketidaktaatan, ketidaksetiaan, kedurhakaan), bila ketaatan para pembacanya telah menjadi sempurna (katartisis, penyemprnaan, kesempurnaan), II Korintus 10:6. Dan untuk itulah Paulus berdoa agar semua orang yang telah dilayaninya menjadi sempurna, II Korintsus 13:9. Supaya mereka dapat dipulihkan, diatur kembali, serta sepenuhnya diperlengkapi dan digenapkan untuk bertumbuh dalam Kristus bagi pembangunan Tubuh-Nya. Sehingga Allah menganggap kita layak (axioo, menganggap layak, menjadikan layak; patut) bagi panggilan-Nya (klesis, pemanggilan, tujuan panggilan) dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan (pleroo, memenuhi, menggenapi; membuat penuh; menyelesaikan; memberitahukan atau memberitakan sepenuhnya) segala kehendak (eudokia, kerelaan; kehendak [yang baik]; maksud baik; keinginan berkenan kepada) kita yang selalu senang untuk berbuat kebaikan dan menyempurnakan segala pekerjaan iman kita, agar nama Tuhan Yesus dimuliakan, II Tesalonika 1:11-12.
            Setiap pemberian (dorema, hadiah, anugerah) hadiah yang baik dan setiap anugerah yang sempurna itu, datangnya dari atas (anothen, kembali; dari asal mulanya; sudah lama), diturunkan dari Bapa segala terang (pater ton photon, Khalik bintang-bintang), Yakobus 1:17. Demikian juga iman bekerja sama (sunergeo, membantu) dengan perbuatan-perbuatannya yang menjadikan iman itu sempurna untuk digenapi, Yakobus 2:22. Dalam Ibrani 12:2, Yesus memimpin kita pada iman yang membawa pada kesempurnaan, karena Yesus juga sebagai Penggenap dan Penyempurna iman. Dalam hal ini Yesus disebut juga sebagai Pemimpin, Pendiri, Pemula, Pendahulu, Pelopor, Sumber, Perintis iman, Pencipta iman atau Penyebab iman.
            Untuk itu, dalam Kolose 1:28, Paulus menasehati (noutheteu, menegur, memperingatkan) dan mengajari kepada setiap orang dengan segala hikmat untuk menuju kepada kesempurnaan, kedewasaan penuh, lengkap, matang dalam Kristus.

Cara mencapai kesempurnaan
            Untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, maka kita harus memohon dalam doa supaya kita dipenuhi dengan pengetahuan (sunesis, kemampuan berpikir, pengertian, kecerdasan) rohani (pneumatikos, secara rohani, melaluhi bimbingan Roh) yang dikerjakan oleh Roh Kudus dengan segala hikmat dan pengertian yang benar, Kolose 1:9.
Selain berdoa, untuk mencapai kesempurnaan itu juga harus diusahakan, yaitu dengan cara sehati sepikir (phroneo, berpikir secara, memikirkan, membiarkan pikiran dikendalikan oleh; hidup sejiwa satu dengan yang lain; memperhatikan; mementingkan; berpendirian; mengejar) dan hidup dalam damai sejahtera (eireneuo, hidup berdamai), II Korintus 13:11.
Kata sempurna dalam bahasa Yunani katartizo itu bisa berarti mengatur; membiarkan diri diatur, disempurnakan atau memperbaiki, menyempurnakan, melengkapi, memulihkan, mengusahakan supaya sempurna, memperbaiki tingkah laku, diselesaikan secara menyeluruh, yaitu diperbaiki atau dibetulkan, diatur kembali, ditambal,  disatukan dengan sempurna, dipulihkan.
Filipi 2:2-5 menambahkan, sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa (sumpsuchos, serasi, sehati), satu tujuan (phronountes, memikirkan satu hal yang sama), bukan egosentris (eritheia, sikap mementingkan diri sendiri, sikap suka berkelahi), atau mencari pujian yang sia-sia (kenodoxia, bualan, kemegahan kosong, kesombongan), rendah hati (tapeinophrosune, kesederhanaan), menganggap orang lain lebih utama daripada dirinya sendiri, memperhatikan kepentingan orang lain serta menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.
            Untuk memperoleh kesempurnaan atau membawa kepada kesempurnaan/tujuan menurut Filipi 3:12 itu harus �dikejar�, yang dalam bahasa Yunani, katalambano  bisa berarti mendatangi, menyerang, menangkap, menguasai; mendapatkan, memperoleh, mencengkeram, memiliki, merebut; menyadari; memahami; maju; mengikuti. Paulus berlari dalam perlombaan itu bukan sekedar untuk memperoleh hadiah, tetapi ia ingin mencapai kematangan.
Cara mencapai kesempurnaan menurut Tuhan Yesus antara lain ialah dengan pergi menjual segala milik kita dan memberikannya kepada orang-orang miskin, dan datang menjadi pengikut Kristus, Matius 19:21, dengan kesadaran akal budi (nous, pikiran, akal, nalar) sudah tidak memikirkan kehidupan keduniwiannya lagi, Roma 12:2.
Kasih Allah sudah sempurna, atau sudah mencapai tujuannya, apabila kita menuruti firman-Nya, sehingga kita ada di dalam Dia, I Yohanes 2:5. Menuruti firman-Nya itu sama dengan menuruti perintah-perintah-Nya, (ay. 3, 4) Firman-Nya atau perintah-Nya yaitu jika kita saling mengasihi, I Yohanes 4:12. Karena menurut Kolose 3:14, kasih itu sebagai pengikat (sundesmos, ikatan; rantai/ikat) yang mempersatukan  dan menyempurnakan.
Dalam diri Allah, kasih Allah itu sendiri sudah sempurna dan lengkap. Tetapi dalam diri manusia, kasih Allah itu perlu disempurnakan dan dilengkapi dalam penyataannya. Kasih itu menjadi sempurna dan lengkap dalam penyataannya jika kita menyatakannya dalam hidup saling mengasihi dengan kasih ini.
Dan kasih Allah itu akan menjadi sempurna di dalam diri kita, jika kita mempunyai keberanian (parresia, sikap terus terang; kepercayaan teguh; keberanian percaya; kebebasan; di muka umum, diakui di muka umum, membuat seseorang menjadi tontonan umum) yang teguh untuk percaya pada hari penghakiman, I Yohanes 4:17. Karena kasih yang sempurna itu melenyapkan (exoballo, menjauhkan) ketakutan (phobos, rasa ngeri) yang mengandung hukuman, sebab siapa yang takut, ia tidak sempurna di dalam kasih, (ay. 18).   
Tujuan kesempurnaan
            Menurut I Korintus 2:6, teleios, sempurna dalam bahasa Yunani, menandakan kematangan pada diri seseorang yang dapat menerima hikmat yang berasal dari Allah. Dalam Ibrani 5:14, kata sempurna, teleios, menandakan bahwa orang itu sudah dewasa (milik/bagi orang dewasa), sehingga ia terbiasa (exis, latihan, kebiasaan) dengan makanan keras, karena indera (aistheterion, pancaindra, [perasaan, kesadaran untuk membedakan hal secara rohani/etis]) nya sudah terlatih atau terbiasa, sebab itu mereka dapat membedakan atau menilai (diakrisis, pembedaan, penilaian) yang baik dari yang jahat atau yang lebih unggul dengan yang lebih rendah.
            Dalam Efesus 4:13, kata sempurna juga berarti dewasa, tetapi kedewasaan seorang (laki-laki) yang sudah sampai pada taraf umur tertentu, yang di dalamnya mengandung unsur proses mencapai (katantao, dating pada) kedewasaan penuh pada tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Manusia yang dewasa penuh adalah manusia yang telah matang.
Dalam I Korintus 14:20, kata sempurna juga berarti dewasa dengan maksud bahwa kita harus menghentikan yang sedang kita lakukan yang mempunyai pemikiran dan bersikap sebagai anak-anak yang kekanak-kanakan (nepiazo, menjadi anak; berbuat seperti anak), karena hal itu termasuk dalam kejahatan (kakia, kesusahan). Sebab yang diminta adalah kematangan dalam segala hal.  
Kata teleiotes atau sempurna dalam bahasa Yunani di Ibrani 6:1 itu berhubungan dengan ajaran, yang bisa berarti ajaran bagi orang yang sudah maju (lebih jauh, lebih lanjut) atau ajaran yang membawa kepada kesempurnaan.
Dan akhirnya, tujuan dari kesempurnaan itu ialah supaya kita menjadi satu secara sempurna dengan ke-Allah-an Tuhan Yesus Kristus, Yohanes 17:23. Menurut Ibrani 12:23, yang masuk ke dalam surga adalah jemaat anak-anak sulung (prototokos, yang lahir pertama [mengacu pada umat Allah]) dan roh-roh orang-orang benar yang telah disempurnakan. Menurut Yakobus 1:18, kitalah anak sulung dari antara semua ciptaan-Nya itu.

Keterbatasan kesempurnaan di luar Kristus
            Menurut Mazmur 119:96, kesempurnaan itu ada batasnya, tetapi perintah Allah itu luas sekali. Dalam Ibrani 7:19, hukum Taurat itu sama sekali tidak membawa kesempurnaan, karena kelemahan (astheneo, sakit) manusia yang penuh dengan kedagingan (sarkos, badan fisik; orang; sifat manusia yang berdosa; keturunan duniawi, silsilah lahir, segi jasmani, yang lebih rendah, menurut ukuran manusia, dari segi pandangan manusia, sejauh itu menyangkut hal lahir; hidup duniawi, perihal keberadaan duniawi, tuan atau majikan di dunia, pada masa ia hidup di dunia; nafsu bersetubuh, selera bersetubuh; cabul), Roma 8:3.
Dalam daging tidak ada sesuatu yang baik (7:18), yang ada (oikeo, diam, menetap, bersemayam dalam, mendiami) hanya dosa (7:17), daging itu milik maut yang mencelakakan (talaiporos, yang celaka, yang malang; sengsara, susah, sukar), 7:24. Karena itu, tidak ada manusia yang dapat dibenarkan dihadapan Allah karena melakukan hukum Taurat melalui daging (3:20), sebab hukum Taurat itu hanyalah sekedar bayangan (skia, naungan [yang berbeda dari kenyataan]) saja, bukan wujud dari hal yang sebenarnya, sehingga hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang beribadah, Ibrani 10:1.
            Menurut Ibrani 9:9, kurban dan persembahan pun tidak dapat menyempurnakan hati nurani orang yang mempersembahkannya, selain kurban Yesus yang hanya satu kali saja tetapi dapat menyempurnakan untuk selama-lamanya bagi mereka yang dikuduskannya, Ibrani 10:14. Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita kaum beriman Perjanjian Baru, mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan, Ibrani 11:40.
            Menurut Wahyu 3:2, pekerjaan gereja di Sardis tidak ada satu pun yang didapati sempurna di hadapan Allah. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mau mencontoh keteladanan dari Tuhan Yesus di Yohanes 17:4, yaitu memuliakan Bapa-Nya dengan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepada-Nya untuk dilakukan, atau meniru teladan Paulus dalam II Timotius 4:7, yang telah mengakhiri pertandingannya (agonizomai, berjuang, mempergumulkan) dengan baik.

Penutup
            Sebagai penutup, marilah kita renungkan Yakobus 1:4, �Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh (echo, mempunyai, memegang; menyimpan, memelihara; memandang; dapat, sanggup, harus) buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh (holokleros, tidak cacat, sehat, sempurna) dan tak kekurangan (leipo, ketinggalan; tidak mencapai) suatu apapun.�
            Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan (katharizo, membersihkan, mentahirkan, mencuci, menyatakan halal) diri kita dari semua pencemaran (molusmos, noda) jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan (epiteleo, melaksanakan, melakukan; mengakhiri; mendirikan; menanggung) kekudusan (agiosune, pengudusan) kita dalam takut akan Allah, II Korintus 7:1.
            Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir (phroneo, memikirkan; berpendirian; membiarkan pikiran dikendalikan oleh; memperhatikan; mementingkan) demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal (heteros, secara lain), hal itu akan dinyatakan (apokalupto, menyingkapkan, membuka [rahasia]) Allah juga kepadamu, Filipi 3:15.  

                                                                                                                          Oleh: Wawan Widjanarko