Latest News

Showing posts with label Dosa. Show all posts
Showing posts with label Dosa. Show all posts

Monday, July 17, 2017

Alkitab Tentang Dosa; arti dan upah dosa

Alkitab Tentang Dosa; arti dan upah dosa


Hak-Kulah dendam dan pembalasan, pada waktu kaki mereka goyang, sebab hari bencana bagi mereka telah dekat, akan segera datang apa yang telah disediakan bagi mereka.  (Ulangan 32:35)
Pelajaran ini akan membuat Anda mengerti:
  • apakah dosa itu menurut firman Allah, berdasarkan ayat-ayat Alkitab
  • posisi dan kondisi manusia di dalam standard kebenaran Allah
  • bahaya dan pembalasan dari perbuatan dosa tersebut
Ambilah Alkitab Anda dan marilah kita memulai Pendalaman Alkitab tentang dosa.
Di dalam kehidupan yang super modern ini, masalah dosa semakin jarang dibicarakan, dan arti dari dosa itu sendiri sering juga telah dibuat sehalus mungkin untuk tidak menyinggung ’perasaan’ orang lain. Alkitab menulis bahwa dosa sesungguhnya bukan hanya sekedar ”apa yang orang telah lakukan,” tetapi juga ”apa yang orang pikirkan” dan ”apa yang orang tidak lakukan.”
Alkitab secara jelas menceritakan kepada kita bahwa dosa adalah:
I.        Penyakit alamiah manusia
II.      Penolokan manusia kepada Allah
III.    Keluar dari target yang Allah telah tetapkan
I. Penyakit alamiah manusia 
Tuhan membandingkan dosa dengan penyakit kusta atau lepra. Orang yang menderita kusta, kulitnya akan nampak putih pada awalnya  dan lambat atau cepat bagian-bagian dari tubuhnya (jari, hidung atau kuping akan copot. Penderita kusta ini dinyatakan najis dan jika ia pulih dari kustanya. Imam perlu mengadakan upacara pengudusan. Baca Imamat 14.
Diagram “TUHAN pusat kehidupan adalah bagaimana seharusnya kita hidup
Mencoba menyembuhkan kulitnya tidaklah cukup, sebab akarnya adalah di dalam kulit, demikianlah dengan dosa, tindakan dan perkataan yang jahat hanyalah gejala dari akar ’penyakit’ alamiah manusia. Isa al-Masih, dokter dari segala dokter,  memberi sebuah diaknosa  apa dan bagaimana penyakit itu bekerja di dalam manusia.
a. Penyakit dosa keterunan; kecenderungan hati untuk berbuat jahat. Mari baca Injil Markus 7:20-23 Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.” 
Inilah sebabnya pemotongan tangan atau kaki sebagai hukuman tidak pernah diterapkan di dalam Kekristenan.
Allah menggambarkan dosa umat-Nya seperti penyakit yang memperngaruhi kepala (pikiran yang salah), hati (emosi yang salah), dan kaki (tindakan yang salah). Dosa berawal dari pikiran kita (yang menerima masukkan yang salah melalui penglihatan, pendegaran, agan-agan) lalu menyebar ke perasaan kita, dari perasaan hati tersebut meledaklah keluar perbuatan dan perkataan yang jahat tersebut, yang menjadikan tubuhnya najis. Prinsip ini dapat dilihat pada Yesaya 1:4-6. Dan kecenderungan berbuat dosa inilah yang mendatangkan banjir besar di jaman Nuh, Kejadian 6:5-7. GAMBAR.
Rasul Paulus menerangkan hal ini sebagai ”diperbudak dosa: ” Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. … membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku (Roma 7:20, 23)
b. Secara alamiah menolak untuk berbuat baik dan benar; egois. Mari baca kitab Roma 1:18-32 Sebab murka Allah nyata dari sorgaatas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman (18). Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka (24).
Arti dosa di sini dapat ditulis:
Dosa adalah perbuatan jahat maupun pikiran jahat seseorang, terlepas orang tersebut percaya atau tidak percaya adalah Allah
II. Penolokan manusia kepada Allah
Alkitab juga menjelaskan bahwa dosa sebagai penolakan manusia kepada Allah, ini termasuk tidak percaya kepada kebenara-Nya, menolak kasih-Nya dan memberontak kepada kekuasaan-Nya. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.  (Yoh 1:4,11)
TUHAN telah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan pribadi-Nya, Dalam Kekristenan manusia digambarkan sebagai pribadi yang memiliki roh dan jiwa (pikiran, keinginan dan emosi) yang tinggal di dalam tubuh (daging). Inilah ketritunggalan manusia, satu dari ketiganya diambil ia tidak lagi menjadi ”seorang manusia.”Roh diambil ia menjadi mayat, tanpa jiwa ia menjadi robot, dan tanpa tubuh ia bukan seorang manusia.
TUHAN telah menyediakan semua kebutuhan pribadi kita. Kebenara-Nya untuk pikiran kita, kasih-Nya untuk kebutuhan emosi kita, dan otoritas-Nya untuk menuntun kehendak  kita kepada pilihan yang benar. Bila kita menerima semua penyediaan Allah tersebut, maka kita menempatkan TUHAN di tahta kehidupan kita. Inilah cara untuk memiliki sebuah kehidupan yang baik dan berbahagia.
Namun jika kita memutuskan untuk memerintah diri kita sendiri, maka kita menjadi pemberontak kepada TUHAN. Filsafat bahwa manusia adalah pusat dari hidupnya sendiri disebut humanism. Jadi arti dosa dapat ditulis sebagai:
Dosa adalah penolakan akan TUHAN . Menempatkan diri sendiri di tempat yang sesungguhnya milik TUHAN di dalam pikiran, keinginan dan perasaan kita.     
a. Tidak percaya kepada kebenaran Allah. Ketika TUHAN berkata sesuatu kepada kita (langsung maupun melalui firmanNya yang tertulis, Alkitab) dan kita menolak untuk mempercayai hal itu, maka kita telah jatuh kedalam dosa tidak percaya. Dia akhir jaman ini bahkan ada beberapa orang yang menolak bahwa Isa al-Masih pernah hadir di bumi, mereka berkata bahwa cerita Injil adalah dongeng belaka.
b. Menolak kasih-Nya. TUHAN adalah kasih (1 Yohanes 2:16) dan sumber dari segala kasih yang benar (agape, bahasa Yunani). Mementingkan diri sendiri, curiga, takut, sombong, benci dan dendam adalah penyebab dari manusia menola kasih TUHAN.
c. Berontak kepada otoritas TUHAN.  TUHAN adalah pencipta dunia dan isinya, dan pemberi hukum (hukum alam, hukum moral). Ketika manusia berontak melawan Allah, itu membawa dirinya sendiri kepada tidak mentaati Allah.
  • Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannyaia berdosa.  (Yakobus 4:17)
  • Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.  (1 Yoh 5:17)
  • Setiap orang yang berbuat dosamelanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.  (1 Yoh 3:4)
Dari tiga ayat ini maka arti dosa dapat ditulis sebagai:
Dosa adalah ketidaktaatan kepada TUHAN, entah itu melakukan apa yang Dia larang, atau gagal melakukan apa yang Dia telah perintahkan.
Dosa Adam adalah bukan apa yang Adam telah lakukan, tetapi apa yang ia tidak lakukan. Ia (kepala rumah tangga) tahu bahwa Hawa (isteri Adam) sedang diperdayakan oleh Iblis (dalam bentuk ular), dan makan buah yang dilarang, namun Adam berdiam diri. Baca Kejadian pasal 3.
Sepuluh (10) Perintah adalah fondasi hukum moral Allah bagi umat-Nya. Anugerah Allah tidaklah meniadakan hukum Allah,  orang Kristen banyak yang salah mengerti tentang hubungan antara Anugerah dan Kesucian Allah;  kesucian-Nya berdiri di atas Hukum-Nya yang sempurna. Kedua kitab pernyataan ini (Matius 5:17:20 dan  Roma 3:31) membuktikan Hukum Allah tetap berlaku. Bukti kita mengakui adanya dosa adalah kenyataan hukum Allah itu ada dan  – telah dilanggar, seperti pernyataan 1 Yohanes 3:4 di  atas. Oleh karenanya PERTOBATAN diperlukan setiap saat!! 
III. Keluar dari target yang Allah telah tetapkan. Manusia diciptakan, dipilih dan diperlengkapi Allah bukanlah untuk keegoisan dan kesombongan diri sendiri, tetapi ditetapkan sebagai bendahara (penjaga kekayaan) dan duta atau ambasador (perwakilan) Allah di bumi.
Pertanggungan jawab diminta dari setiap umat-Nya. Isa al-Masih mengajar ini dalam beberapa perumpamaan:
  • Tuan dan hamba. baca Matius 24:44-51
  • 10 gadis yang menantikan datangnya mempelai laki-laki, atau
  • Tuan yang pergi jauh dan mempercayakan hartanya (talenta) kepada tiga hambanya. Baca Matius 25
Kesalahan manusia yang Isa gambarkan pada perumpamaan ini terjadi oleh karena manusia megabaikan standard Allah dan menerapkan standardnya sendiri, rasul Paulus berkata orang yang demikian adalah orang yang bodoh (2 Korintus 10:12). Di sini arti Dosa dapat ditulis sebagai:
Dosa adalah meninggalkan TUHAN dan keluar dari tujuan yang Ia telah tetapkan, kehilangan sasaran hidup yang mulia.
Jadi keluar dari terget Allah bisa berarti:
  • Menuju jalan yang salah –  tidak sesuai dengan jalan dan perintah-Nya
  • Tidak mengenai sasaran –  tujuan hidup yang tidak sesuai sencana-Nya
  • Tidak memenuhi standard   –  tidak bertanggung jawab penuh dengan apa yang Ia telah berikan (waktu, keahlian, moral)
Anda di dalam bahaya! Anda mungkin berpikir bahwa Anda orang baik (bukan pembunuh dan pencuri), INGAT BAIK-BAIK pengadilan Isa al-Masih di hari penghakiman tidak memakai standard moral Anda atau PBB atau standard hukum negara manapunTETAPI standard firman-Nya. Anda perlu melihat ‘wajah’ Anda kepada ‘cermin’-Nya. Baca dan pelajarilah Yakobus 1:21-25, Mazmur 53 dan Roma 3:9-18.
Usaha manusia untuk membenarkan dirinya tidak akan pernah sampai kepada standard TUHAN.
Anda perlu serius dengan hal ini, Alkitab menulis dengan sangat jelas: Sebab upah dosa ialah maut (Roma 6:23a)
  • Dosa membawa pemisahan antara manusia dengan Penciptanya, berakibat perbudakan (kehendak)
  • Dosa membawa pelakunya pada kondisi bersalah, berakibat penghukuman kekal (pikiran bersalah)
  • Dosa membawa ketidak bahagian, berakibat kematian kekal
Tabel penolakan manusia kepada TUHAN, pencipta manusia.
KepribadianTawaran TUHANRespons orangUpah dosa
PikiranKebenaranKetidak percayaanSalah & tertuduh
KeinginanPerintah & HukumPemberontakanPerbudakan
PerasaanKasihBenci & dendamTidak bahagia
Keutuhan kitaKeutuhan TUHANPenolakkan totalKEMATIAN total
Oleh sebab itu Anda dan saya perlu Juruselamat! Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh 14:6). Baca juga Roma 3:19-31.


Source : https://pendalamanalkitab4muslim.wordpress.com/

Sunday, July 16, 2017

Kesedihan Hati Allah karena Dosa Umat-Nya

Kesedihan Hati Allah karena Dosa Umat-Nya

Pada zaman Yeremia, umat Israel hidup dalam kemurtadan. Ini sebenarnya berlangsung selama beberapa tahun dan tulisan para nabi banyak berisikan nasihat agar mereka kembali dan bertobat, dan berisikan juga peringatan akan datangnya penghakiman. Sayangnya, umat Allah tidak menanggapi peringatan-peringatan ini. Beberapa catatan dari kitab Yeremia dan Hosea akan memperlihatkan bagaimana hal itu begitu mendukakan hati Allah. Mungkin hal ini terdengar mengejutkan karena banyak orang, baik secara implisit maupun eksplisit, mengalami kesulitan menghubungkan Allah dengan perasaan yang dapat kita rasakan. Namun, Firman Allah berkata bahwa kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26) dan ini juga menunjukkan bahwa kita dapat membuat hati Allah bersukacita, senang, marah dan sedih. Jika kita berpikir perilaku kita tidak memengaruhi hati Allah, maka kita salah besar. Kita dapat membuat hati Allah senang dan kita dapat membuat hati Allah sedih! Semuanya tergantung pada perilaku kita. Dalam Yeremia 8:18-9:3 kita dapat melihat bagaimana Allah mencurahkan perasaan hati-Nya, yang mengungkapkan bagaimana efek dari perilaku memberontak umat-Nya terhadap Dia:
Yeremia 8:18-9:3
Tidak tersembuhkan kedukaan yang menimpa diriku, hatiku sakit pedih. Dengar! seruan puteri bangsaku minta tolong dari negeri yang jauh: "Tidak adakah TUHAN di Sion? Tidak adakah Rajanya di dalamnya?" --Mengapakah mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan patung-patung mereka, dengan dewa-dewa asing yang sia-sia? -- Sudah lewat musim menuai, sudah berakhir musim kemarau, tetapi kita belum diselamatkan juga! Karena luka puteri bangsaku hatiku luka; aku berkabung, kedahsyatan telah menyergap aku. Tidak adakah balsam di Gilead? Tidak adakah tabib di sana? Mengapakah belum datang juga kesembuhan luka puteri bangsaku? Sekiranya kepalaku penuh air, dan mataku jadi pancuran air mata, maka siang malam aku akan menangisi orang-orang puteri bangsaku yang terbunuh! Sekiranya di padang gurun aku mempunyai tempat penginapan bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan, maka aku akan meninggalkan bangsaku dan menyingkir dari pada mereka! Sebab mereka sekalian adalah orang-orang berzinah, suatu kumpulan orang-orang yang tidak setia. Mereka melenturkan lidahnya seperti busur; dusta dan bukan kebenaran merajalela dalam negeri; (TB) TUHAN berkata, “Umat-Ku melakukan kejahatan dengan tak henti-hentinya, mereka tidak mengakui Aku sebagai Allah mereka.” (BIS)
Ini bukan dukacita pribadi Yeremia. Banyak komentator berpendapat demikian, namun pembacaan menyeluruh dari perikop ini (lihat terutama frasa-frasa seperti “mereka menimbulkan sakit hati-Ku” dan “TUHAN berkata”) menunjukkan dengan jelas bahwa Allahlah yang sedang berbicara di sini. Allahlah yang sedang menyatakan isi hati dan perasaan-Nya di sini. Allahlah yang hati-Nya disakiti dengan patung-patung mereka dan Dialah yang ingin meninggalkan mereka dan menangis pedih oleh karena mereka tidak mau mengakui Dia. Allah sangat sedih karena dosa umat-Nya. Dan Allah sedih ketika kita berdosa. Perjanjian Baru mengatakan dengan jelas kepada kita, “Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan” (Efesus 4:30). Kita dapat membuat Roh Kudus berduka. Allah sedih ketika kita menolak Dia; ketika kita secara sadar meninggalkan jalan-Nya dan berjalan di jalan yang lain oleh karena hasrat, keinginan dan ambisi pribadi kita. Allah sedih ketika kita tidak mau menundukkan diri kita kepada-Nya dan berkata “bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang jadi”, melainkan kita berjalan semau kita, tanpa rasa takut terhadap-Nya. Saya mengatakan ini bukan untuk mengutuk siapa pun. Saya mengatakan ini untuk menjelaskan bagaimana keadaan hati seorang Bapa dari Allah kita. Allah mengasihi Anda, saudara-saudariku. Dia mengasihi kita sama seperti ayah terbaik mencintai anak-anaknya. Dia mengasihi kita dengan segenap hati-Nya. Jika seorang ayah bersukacita melihat anak-anaknya hidup dalam kebenaran, demikian pula Bapa kita. Jika kita sedih karena anak-anak kita mengabaikan kasih kita bahkan meninggalkannya, saya percaya demikian pula yang dirasakan oleh Allah. Sebagaimana kita rindu anak-anak kita hidup dalam kasih dan persekutuan dengan kita, saya percaya itulah juga yang dirindukan oleh Allah. Jadi, apakah cara kita menjalani hidup memengaruhi hati Allah? Ya! Oleh karena itu, marilah kita membulatkan hati kita untuk hidup sesuai dengan Firman-Nya, untuk menjadi pelaku Firman-Nya dan untuk berjalan dalam kasih kepada sesama serta dalam ketaatan kepada-Nya, karena dengan melakukan semua ini, kita akan membuat-Nya bersukacita! Sebagaimana Yohanes katakan:
3 Yohanes 1:4
“Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.”
Saya percaya inilah juga yang dirasakan oleh Bapa kita: tidak ada sukacita yang lebih besar daripada melihat bahwa anak-anak-Nya hidup dalam kebenaran. Mari kita mengambil keputusan untuk melakukan ini, saudara-saudariku!

Apa yang Perlu Kita Lakukan "Jikalau Saudara [Kita] Berbuat Dosa?" (Lukas 17:3-4)

Apa yang Perlu Kita Lakukan "Jikalau Saudara [Kita] Berbuat Dosa?" (Lukas 17:3-4)

Dalam Lukas 17:3-4 kita membaca:
"Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalauia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia."
Ada beberapa “jikalau” dalam perikop ini. Sebagai seorang yang berprofesi sebagai konsultan dalam bidang IT saya tahu betul apa arti pernyataan “jika” dalam sebuah program. Artinya adalah apa yang mengikuti pernyataan “jika” hanya akan berlaku jika apa yang termasuk di dalam pernyataan “jika” tersebut terpenuhi. Dalam kalimat yang pertama dari Firman Tuhan di atas, kita melihat dua pernyataan “jika”.
JIKALAU saudaramu berbuat dosa
MAKA tegurlah dia
JIKALAU (setelah kamu menegurnya) ia menyesal
MAKA ampunilah dia.
Inilah urutan yang Tuhan tetapkan. Banyak orang ingin diampuni tanpa pernah bertobat dan menyesal. Banyak juga orang yang tidak mau mengampuni seseorang atas dosa yang mengenainya mereka tidak pernah menegurnya! Dengan demikian mereka melanggar peraturan sederhana yang Tuhan telah tetapkan di atas. Banyak juga orang yang senang menegur orang lain atas hal-hal yang sama sekali bukan dosa! Ada banyak orang bermulut besar yang senang mengkritik segala sesuatu dan semua orang dan jika Anda jatuh ke dalam mulut mereka…kasihan sekali Anda. Mereka berpura-pura menegur orang lain padahal tidak ada dosa.
Anda mungkin bertanya apa yang akan terjadi jika saya menegur seseorang yang jelas-jelas berbuat dosa, dan orang tersebut tidak menyesal dan tidak pernah meminta pengampunan? Sayangnya kasus seperti ini dapat terjadi. Banyak sekali orang yang sedemikian sombongnya sehingga mereka tidak pernah mau “meminta maaf” kepada siapa pun. Saya telah melihat banyak kasus di mana orang-orang ditegur dengan sangat jelas, mereka jelas-jelas berbuat kesalahan, namun mereka melewatkan apa yang telah mereka lakukan dengan berbuat seolah-olah semua itu tidak pernah terjadi, tanpa pernah mengatakan “Maafkan saya atas apa yang telah terjadi”! Watchman Nee pernah berkata, “Semakin rendah hati seseorang, semakin sering ia mengatakan maafkan saya.” Meminta “maaf” bahkan untuk kesalahan terkecil yang Anda PIKIR telah Anda lakukan. Inilah yang namanya kerendahan hati! Inilah yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang kristiani! Jangan mengingkarinya. Jika mengingkarinya, kita menjadi orang-orang yang munafik, orang yang mengetahui Firman Tuhan, namun tidak mau menghidupinya. Tidak mau meminta maaf bukan hanya akan melukai orang yang terhadapnya dosa dilakukan, tetapi juga akan melukai orang yang berbuat dosa tersebut. Misalnya, jika ada orang yang mulutnya sangat suka mengkritik dan mengintimidasi orang lain. Jikalau ini tidak dibereskan, tentu saja orang itu akan melukai banyak orang, dan dia sendiri akan dihindari oleh orang lain! Bagaimana kita dapat berbicara secara terbuka kepada seseorang yang senang mengintimidasi dan belum bertobat dari kebiasaannya ini? Tidak heran jika pada akhirnya orang seperti ini akan kesepian sendiri. Tetapi sekali lagi, apa yang seharusnya dilakukan oleh saudara-saudara seiman, atau oleh jemaat itu sendiri? Sudahkah mereka menegur orang ini? Teguran yang dilakukan dalam kasih dan bukan dalam kemarahan sangat penting. Ini merupakan bagian dari untaian rantai yang akan berakhir pada pengampunan. Namun, janganlah kita menegur orang lain berdasarkan apa yang kita pikirkan sebagai dosa, tetapi harus berdasarkan apa yang Firman Allah nyatakan sebagai dosa.
Berikut ini apa yang dikatakan oleh Tuhan dan Pemimpin iman kita dalam Matius 18:15-17:
Matius 18:15-17
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.”
Ini adalah aturan yang berasal dari Tuhan!! Ini adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yesus Kristus, Kepala Jemaat. Lalu, mengapa kita ingin mencoba melakukannya dengan cara yang berbeda? Mengapa kita pikir akan lebih baik jika kita diam saja terhadap kejahatan, pelecehan, dan dosa yang dilakukan di depan mata kita sendiri!! Di tengah jemaat kita sendiri! Kapan kita akan mendengar suara Tuhan dan bukan suara dunia yang berkata “Setiap orang punya kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkannya”? Perhatikan kembali apa yang Tuhan kita katakan (dalam bentuk bahasa “program”, karena sangat tepat artinya!):
JIKA saudaramu berbuat dosa
Tegurlah dia, beritahu kepadanya apa kesalahannya
Jika ia bertobat: BAGUS.
JIKA TIDAK
Bawalah dua atau tiga orang saksi
JIKA ia tidak mau mendengar mereka MAKA
Sampaikan soalnya kepada jemaat
JIKA ia tidak mau juga mendengarkan jemaat MAKA
Pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai
Sementara, apa yang kami lakukan di dalam gereja-gereja Barat modern adalah:
JIKA saudaramu berbuat dosa
Jangan katakan apa pun kepadanya, supaya jangan…melukai hatinya!!
Atau:
JIKA kamu punya cukup keberanian untuk memberitahukan kepadanya, dan ia tidak mau mendengar,
Itu bukan masalah…itu bukan urusanmu. Itu urusan dia sendiri.
Tetapi, siapa yang berkata seperti ini? Adakah satu saja halaman dari Alkitab, di mana Tuhan atau rasul-rasul-Nya memerintahkan hal seperti ini? Perhatikan di sini apa yang Paulus katakan:
I Korintus 5:1-2
“Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. Sekalipun demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu berdukacita dan menjauhkan orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu?
"Menjauhkan”? Ayolah Paulus. Saya sudah nyaman di kursi saya. Mengapa saya harus melakukan sesuatu? Mengapa saya harus mengganggu orang itu? Itu urusannya sendiri.” Dan Paulus, dan Allah melalui Paulus menjawab: “KAMU SOMBONG! Seharusnya kamu BERDUKACITA, bukannya duduk dengan hati beku di kursimu! Kamu harus menegur orang itu dan jika dia tidak mau bertobat, kamu harus menjauhkan orang itu dari tengah-tengah kamu”. Dan Paulus melanjutkan:
1 Korintus 5:9-13
“Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.
Ada penghakiman yang harus dilakukan. Sekali lagi, di sini saya tidak membahas tentang orang-orang bermulut besar yang berpikir sedang menegur orang lain, padahal yang mereka tegur adalah orang-orang yang tidak bersalah. Untuk ini, mereka sendiri harus ditegur. Dalam perikop di atas, seluruh jemaat mengetahui bahwa seseorang yang menyebut dirinya saudara, dan ia adalah seorang yang kikir, atau cabul, atau pemfitnah, dll, dan orang ini belum juga bertobat. Maka ia termasuk dalam kategori terakhir dalam pernyataan yang Tuhan ucapkan, yaitu:
JIKA ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, MAKA
Pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Atau, sebagaimana Paulus katakan: “Usirlah orang” itu. Dengan melakukan hal ini, kita memberi dia satu kali lagi kesempatan untuk bertobat. Sebaliknya jika kita menerimanya, kita pada dasarnya mengatakan kepada orang itu “Tidak masalah. Kami sebenarnya tidak terlalu peduli dengan kamu! Lakukan saja apa yang kamu inginkan!” Allah menghakimi orang-orang yang berada di luar jemaat. Kita menghakimi orang-orang yang berada di dalam jemaat. Firman Tuhan berkata, “Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat?” (1 Korintus 5:12)
Selain itu:
II Tesalonika 3:14-15
Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.”
"Tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia”. Tujuannya bukan untuk menolak orang itu melainkan supaya ia menjadi malu, sehingga ia pun mau bertobat! Kebalikkan dari ini, di tengah jemaat modern zaman sekarang, kita justru malu untuk memberitahu orang seperti ini agar bertobat! Seharusnya orang seperti ini dijauhi sehingga DIA menjadi malu dan bertobat. “Dijauhi” bukan berarti ditolak. Firman Tuhan berkata dalam Yakobus 5:19-20
Yakobus 5:19-20
“Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.”
Selain itu:
Yehezkiel 18:23
“Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?”
Allah tidak menginginkan penolakan. Dia menginginkan pertobatan dari orang yang berdosa tersebut. Tetapi, agar terjadi pertobatan, diperlukan teguran dan jika orang tersebut tidak mau mendengar siapa pun, maka ia harus diusir, ditandai, dan dijauhi. Namun ia harus tetap dinasihati agar mau kembali. Pintu harus selalu terbuka baginya jika ia mau bertobat. Allah tidak ingin orang itu tetap berada dalam keadaannya sekarang. Dia ingin orang itu bertobat!
Sebagai penutup, mari kita membaca kembali perkataan Tuhan kita dalam Matius 18:18:
Matius 18:18
“Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Ayat di atas menunjukkan adanya tanggung jawab, pilihan. Tanggung jawab kita untuk menegur. Tanggung jawab kita untuk bertobat. Tanggung jawab kita untuk mengampuni. Apakah kita mau menaati ajaran Firman Tuhan? Ajaran itu begitu jelas dan tepat.
Yesus pun menghampiri orang-orang yang tidak mengenal Dia dan para pemungut cukai! Begitu orang bertobat, dosa-dosanya pun diampuni dan orang itu kembali memiliki persekutuan dengan Allah dan sesama. Jangan pernah pintu ditutup bagi orang berdosa yang bertobat, dan jangan pernah pintu dibukakan bagi orang yang telah ditegur sesuai dengan cara yang Tuhan tetapkan, namun ia tidak mau juga bertobat.