Pilihan Allah
Keadaan bangsa Israel sesudah kematian Yosua sangat memprihatinkan. Mereka berbuat dosa sehingga Tuhan memberikan hukuman. Di dalam penderitaan mereka berteriak minta tolong, maka Tuhan menjawab doa mereka dengan mengutus hakim-hakim untuk memimpin dan melindungi mereka. Tetapi setelah hakim itu mati, mereka kembali melakukan apa yang jahat dimata Tuhan.
Tindakan Abimelekh sangat bertolak belakang dengan ayahnya yaitu Gideon yang sangat menghormati Allah, yang meskipun telah menjadi pemimpin atas Israel tidak mau memerintah sebagai raja. Baginya yang menjadi Raja atas Israel hanya Allah saja, tidak ada yang lain.
Dari cerita ini kita dapat menarik suatu kesimpulan tentang gagalnya Abimelekh sebagai raja. Bukan Allah yang memilih dan mengangkat Abimelekh melainkan dirinya sendiri. Seorang raja tidak mungkin kecuali kalau dipilih dan diangkat oleh Allah sendiri.
Terkadang kitapun sering salah dalam memilih (pasangan, pekerjaan, pemimpin, dll.), padahal untuk menetukan pilihan itu sudah ada standar atau kriteria yang Allah beritahukan lewat FirmanNya, tetapi tetap saja kita mengabaikannya. Tentu saja penyesalan akan menghampiri kita saat salah menentukan pilihan. Lewat kisah Abimelekh ini marilah kita belajar untuk lebih hati-hati dalam mentukan pilihan dan menjadikan FirmanNya sebagai pilihan utama dalam mengambil suatu keputusan. Pilihan manusia bisa saja salah tetapi pilihan Allah tepat. [lm]