Latest News

Showing posts with label Kebenaran. Show all posts
Showing posts with label Kebenaran. Show all posts

Wednesday, June 21, 2017

Bagi Allah Hingga Akhir

Bagi Allah Hingga Akhir

jeremiah-001Adalah Yeremia, seorang nabi dari Anatot, sebuah desa di dekat Yerusalem. Ia dipanggil menjadi nabi (+627 SM) pada masa Yosia menjadi raja Yehuda. Tetapi, tidaklah mudah untuk menjadi seorang nabi. Nabi diejek, dipenjarakan, dianiaya, dibuang, diancam, dan tak jarang harus berjuang sendiri. Yeremia sangat sadar tentang hal itu. Tidak heran jika ia mula-mula menolak panggilan-Nya.
Ketika akhirnya Yeremia menjalani peran sebagai nabi, tanpa segan menyampaikan ketidakberesan di negerinya. Ia menyerang para koruptor, mengritik kepura-puraan religius, membeberkan kemunafikan religius dan penindasan yang dilakukan para pemimpin masyarakat. Karena tindakan dan sepak terjangnya tersebut, Yeremia pun mengalami banyak hal: Ia dipenjarakan, diejek, dibuang dalam perigi, termasuk diancam akan dibunuh. Yeremia pun bergumul.
Seperti pengalaman Yeremia, tidak mudah menjadi orang yang menyatakan kebenaran, apalagi jika itu berarti harus menentang arus. Ketika penyelewengan dan ketidaktaatan berlangsung di sekitar kita, tak jarang kecenderungannya adalah kita pun ikut serta dalam arak-arakan ketidakbenaran itu. Karena, seperti kata pepatah Jawa: ora melu edan, ora ketuman (= tidak ikut serta, bakal tidak kebagian). Sungguh tidak mudah untuk bertahan dalam situasi seperti itu, apalagi jika harus menyuarakan kebenaran. Terlalu banyak alasan akan muncul dan menghalangi suara batin kita, termasuk alasan yang membenarkan keraguan dan ketidakmampuan kita untuk itu.
Bacaan Alkitab dalam Daily Scripture Reading LAI untuk Maret 2015 adalah Kitab Yeremia. Belajar dari nabi ini, pergumulan dan penderitaan tidak membuatnya sampai terpuruk. Ia memang mengalami masa-masa yang menantang. Ia ingin menangis, bahkan Yeremia bahkan mengutuki hari kelahirannya. Panggilannya sebagai nabi membawanya pada penderitaan. Terus bertekun dan setia memang ibarat perjalanan. Kelokan jalan dapat memperlambat dan batu-batunya bahkan bisa menghentikan perjalanan itu.
Tetapi, Yeremia membuktikan bahwa ia mampu melampaui semua tantangannya. Yeremia menemukan dukungan dan kegembiraan ketika ia berkomunikasi dengan Tuhan, ingatan akan penyertaan Tuhan menjaga jalannya, dan firman Tuhan memberinya kekuatan untuk tetap yakin dan setia hingga akhir. Kisah Yeremia mengajak kita untuk terus bertekun menyuarakan kebenaran, dan menjalaninya dengan tabah hingga akhir. Seperti Yeremia, biarlah kita juga selalu menemukan panggilan kita dan dapat terus berucap: “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam” (Yeremia 15:16). [ngm]