Latest News

Showing posts with label Gereja. Show all posts
Showing posts with label Gereja. Show all posts

Saturday, December 31, 2011

GEREJA DAN KERAJAAN ALLAH

GEREJA DAN KERAJAAN ALLAH

Pendahuluan
            Sejak semula Allah mempunyai rencana untuk menyatakan Kerajaan-Nya di muka bumi melalui manusia. Kejatuhan manusia dalam dosa tidak membatalkan rencana-Nya ini. Melalui pengorbanan Yesus di kayu salib, Allah melahirkan gereja sebagai umat-Nya untuk menghadirkan Kerajaan-Nya di muka bumi. Untuk itu kita harus memahami rencana-Nya dan berjalan di dalam rencana tersebut.
1.    Visi, pandangan ke depan
Pengertian visi berasal dari bahasa Latin videre yang berarti melihat, berbentuk dari kata benda visio, dalam bahasa Inggris vision, yang berarti hal melihat, penglihatan, gambaran, bayangan, impian; cita-cita, arah dan tujuan hidup. Sehingga pemahaman kita tentang masa depan sangat menentukan kualitas hidup kita di saat ini.
            Apabila kita hidup tanpa visi, maka kehidupan ini akan simpang siur, sebab tidak memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas. Amsal 29:18 mengatakan, �Bila tidak ada wahyu (penglihatan, visi), menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.�
            Pada masa Samuel masih muda, firman Tuhan jarang datang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering, I Samuel 3:1. Sedangkan pada masa pelayanan Paulus, ia sering mendapatkan penglihatan (optasia, wahyu; visi) yang dari surga (auranios, surgawi), dan ia juga selalu hidup di dalamnya, karena Paulus bukanlah orang yang hidupnya tidak taat (apeithes, durhaka), Kisah Para Rasul 26:19.
            Visi Allah untuk kita antara lain terdapat dalam Yesaya 55:8, 9, yaitu rancangan Allah bukanlah rancangan manusia, dan jalan manusia bukanlah jalan Allah. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan Allah dari jalan manusia dan rancangan Allah dari rancangan manusia. Dan dalam Yeremia 29:11 yaitu, �Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN; yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.�
Tuhan Yesus menyamakan para pemimpin yang tidak memahami visi Allah itu diibaratkan seperti orang buta yang menuntun (hodegos, pemimpin, penuntun) orang buta, Matius 15:14. Dan para pemimpin buta seperti itu pasti akan celaka, 23:16, sebab nyamuk disaring (diulizo, menapiskan) dari minumannya, tetapi unta (binatang yang paling besar bagi penduduk Palestina) di dalamnya ditelan, (ayt. 24, suatu ungkapan hiperbola), hal itu terjadi karena hanya bagian luarnya saja yang dibersihkan (katharizo, mentahirkan, mencuci, menyatakan halal) sedangkan dalamnya (esothen, dari dalam; bagian dalam) masih penuh dengan rampasan (arpage, perampasan; nafsu merampas) dan kerakusan (akrasia, sikap tidak dapat mengendalikan diri, ketidaksanggupan mengekang diri), (ayt. 25). Untuk itu Tuhan Yesus menyarankan agar bagian dalamnya (to entos, sebelah dalam) dahulu yang dibersihkan, maka (hina, supaya) secara otomatis bagian luarnya (to ektos, sebelah luar) juga akan bersih (katharos, tahir, halal, murni), (ayt. 26).
Yesaya 56:10 mengatakan, �Sebab pengawal-pengawal umat-Ku adalah orang-orang buta, mereka semua tidak tahu apa-apa; mereka semua adalah anjing bisu, tidak tahu menyalak; mereka berbaring melamun dan suka tidur saja;� Sebab itu keadilan tetap jauh dari mereka dan kebenarn tidak sampai kepadanya. Mereka menanti-nantikan terang, tetapi hanya kegelapan belaka, menanti-nantikan cahaya, tetapi berjalan dalam kekelaman. Mereka meraba-raba dinding seperti orang buta, dan meraba-raba seolah-olah tidak punya mata; mereka tersandung di waktu tengah hari seperti di waktu senja, duduk di tempat gelap seperti orang mati, 59:9-10.
Gereja Tuhan dipanggil untuk menuntun para orang buta itu menuju pada terang bagi mereka yang masih tinggal di dalam kegelapan (skotos, dosa; kejahatan), Roma 2:19. Karena dalam Yohanes 9:39, Tuhan Yesus berkata, �Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi (eis krima, memberi putusan, hukuman; berperkara), supaya siapa saja yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya siapa saja yang dapat melihat, menjadi buta.�
Tuhan Yesus berkata begitu untuk menggenapi nubuatan nabi Yesaya (6:10, 44:18) bahwa, �Ia telah membutakan (tuphloo, membuat buta) mata dan mengeraskan hati (poroo, membuat keras kepala, mendegilkan hati; berkeras kepala atau berdingin hati) mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik (strepho, berbalik arah; bertobat; berpaling; kembali menawarkan; mengubah; mengembalikan), sehingga Aku menyembuhkan mereka,� Yohanes 12:40.
Hal ini merupakan suatu hukuman dari Tuhan. Ulangan 28:28-29 menyebutkan: �TUHAN akan menghajar engkau dengan kegilaan, kebutaan dan kehilangan akal, sehingga engkau meraba-raba pada waktu tengah hari, seperti seorang buta meraba-raba di dalam gelap; perjalananmu tidak akan beruntung, tetapi engkau selalu diperas dan dirampasi, dengan tidak ada seorang yang datang menolong.� Sebagaimana doa Elisa kepada orang-orang Aram yang telah dibutakan matanya oleh Tuhan, II Raja-Raja 6:18.
Orang yang berdosa kepada TUHAN, darahnya akan tercurah seperti debu dan usus mereka seperti tahi. TUHAN akan menyusahkannya, sehingga mereka berjalan seperti orang buta, Zefanya 1:17, sebagaimana yang pernah dialami oleh Paulus yang berjalan dalam kebutaan, Kisah Para Rasul 9:8-9.
Perkataan Tuhan Yesus dalam Yohanes 9:39 itu perlu kita cermati dengan baik, karena jangan-jangan tanpa kita sadari, kita pun termasuk dalam golongan Gereja di Laodikia yang merosot, melarat, (talaiporos, sengsara, susah, sukar, yang celaka), malang (eleeinos, pantas dikasihani, menimbulkan belas kasihan), miskin (ptochos, melarat, tergantung bantuan orang lain; menyedihkan; rendah), buta dan telanjang (gumnos, tidak mempunyai pakaian; ; berpakaian dalam saja), Wahyu 3:17. Hal ini bisa terjadi mungkin karena kita telah membenci saudara seiman kita, tanpa disadari kita telah hidup di dalam kegelapan, karena kegelapan itu telah membutakan mata kita, I Yohanes 2:11
            Salah satu contoh visi gereja yang hidup dalam berjemaat misalnya GKPB MDC yaitu:
a.    Menjangkau setiap orang dengan Injil, memuridkan mereka sesuai dengan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus dan mengutus setiap anggota jemaat untuk menjadi saksi di tengah dunia.
b.    Membangun kehidupan Kekristenan dalam jemaat lokal menurut pola gereja mula-mula secara otentik seperti yang dicatat dalam kitab Perjanjian Baru.
         II Petrus 1:9 mengatakan, �Tetapi siapa saja yang tidak memiliki semuanya itu menjadi buta (muopazo, buta ayam, rabun, bermata dekat) dan picik (rabun jauh, akar kata dalam bahasa aslinya berarti menutup mata [karena terang yang besar] sehingga tidak dapat melihat sesuatu yang lebih jauh), karena ia lupa (lethe, mempunyai sifat pelupa; bermaksud melupakan sesuatu) bahwa dosa-dosanya yang dahulu (palai, sudah lama) telah dihapuskan (katharismos, pentahiran, penyucian, pembersihan).�
Jangan sampai kita menjadi seperti orang yang tidak percaya (apistos, tidak setia; tidak dapat dipercayai, mustahil), yang pikiran (noema, daya berpikir, maksud)nya telah dibutakan oleh ilah (allah) zaman ini, sehingga kita tidak dapat melihat (augazo, mendatangkan terang; bersinar bagi;  sehingga kita tidak melihat cahaya Injil atau sehingga cahaya Injil tidak menerangi kita) cahaya (photismos, penerangan, wahyu) Injil tentang kemuliaan Kristus yang adalah gambaran Allah, II Korintus 4:4.
2.    Panggilan Gereja
            Hal ini dimulai ketika Abraham dipanggil oleh Allah keluar dari negerinya untuk menerima janji berkat. �Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat,� Kejadian 12:2, 3.
            Janji berkat Allah kepada Abraham untuk menjadi bangsa yang besar itu dengan beranak cucu yang sangat banyak; dari anak cucu Abraham inilah Allah akan menjadikan bangsa-bangsa, dan dari keturunan Abrahamlah akan muncul raja-raja, Kejadian 17:6. Sebagaimana yang terdapat dalam Matius 1:1-17.
            Janji berkat Allah kepada Abraham untuk menjadikannya bangsa yang besar itu tidak akan menyurutkan rencana Allah walau Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya, bahkan Sara telah mati haid, Kejadian 18:11. �Sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat, (ayt. 18). Akhirnya hal itu terbukti ketika Ishak memberkati Yakub, bahwa bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia, Kejadian 27:29.
            Bahkan Bileam pun memberkati Israel, �Diberkatilah orang yang memberkati engkau, dan terkutuklah orang yang mengutuk engkau.� Bilangan 24:9. Sejak masa Nebukadnezar menghancurkan kota Yerusalem sampai sekarang, setiap bangsa, suku, maupun individu yang mengutuk bangsa Yahudi menerima kutukan, dan siapapun yang memberkati bangsa Yahudi juga akan menerima berkat.
Demikian juga ketika Allah menyatakan kepada Musa bahwa: �Bapamu dahulu seorang Aram, seorang penggembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat dan banyak jumlahnya, Ulangan 26:5.   
Dan bagi bangsa Israel yang tetap memegang janji-Nya juga akan menerima berkat ini, �Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada bangsa Israel, Keluaran 19:5, 6.
 Tetapi ketika bangsa Israel ditinggal Musa naik ke gunung Sinai untuk menerima firman Allah, mereka, kecuali suku Lewi telah jatuh pada penyembahan berhala. Sehingga panggilan menjadi imam hanya berlaku bagi suku Lewi saja, Keluaran 32:26-28, Bilangan 8:13-19
            Untuk menggenapi janji-janji itu, maka Yesus datang ke dunia sebagai Mesias/Kristus. Yesus Kristus melakukan hal ini, supaya di dalam Dia berkat (eulogia, pemberian; berlimpah, banyak; pujian; kata-kata yang manis) Abraham sampai kepada (ginomai, menjadi; lahir; ada; mendekati; tampil, dimiliki) bangsa-bangsa lain, sehingga melalui iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan (epaggelia, persetujuan; keputusan) itu, Galatia 3:14.
            Dan Kitab Suci, yang sebelumnya (proorao, melihat ke masa depan, melihat sebelumnya; memandang, membayangkan) mengetahui bahwa Allah membenarkan (dikaioo, menyatakan benar; membebaskan; mengakui kebenaran Allah atau mematuhi tuntutan Allah yang adil) orang-orang bukan Yahudi berdasarkan iman, telah terlebih dahulu memberitakan (proeuaggelizomai, memberitakan kabar baik sebelumnya [atau lebih dahulu; sebelum waktunya]) Injil kepada Abraham: Olehmu segala bangsa akan diberkati (eulogeo, mengucap berkat; memuji). Jadi, mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu, Galatia 3:8 , 9.
 Tetapi para imam justru menolak Kemesiasan Yesus, bahkan menyalibkan-Nya. Sehingga Allah mengalihkan panggilan itu kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan, Matius 21:43, yaitu gereja Tuhan. 
            Menurut I Petrus 2:9, gereja itu adalah kita, �Tetapi kamulah bangsa (genos, keturunan; jenis) yang terpilih, imamat yang rajani (basileios, istana), bangsa yang kudus, umat Allah sendiri (peripoiesis, milik, perolehan, perihal memperoleh, kepunyaan)�, sehingga kita sebagai gereja dipanggil untuk �memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib�.
Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah, (ayt. 5).
Imamat kudus adalah rumah rohani. Dalam Perjanjian Baru ada tiga kata Yunani yang dipakai dalam kaitannya dengan imam: hierosune, mengacu kepada jabatan imamat, seperti dalam Ibrani 7:12, �Sebab, jikalau imamat berubah (metatithemi, memindahkan; mengangkat; mengubah; meninggalkan), dengan sendirinya akan berubah pula hukum Taurat itu.� Yaitu dialihkan dari aturan Harun kepada aturan Melkisedek, (ayt. 11). Dari suku imamat Lewi kepada suku rajani Yehuda, (ayt. 14). Dari manusia kepada Tuhan Yesus, (ayt. 28).
Hierateia, mengacu kepada pelayanan imamat, seperti dalam Ibrani 7:5, �Menurut hukum Taurat, keturunan Lewi (anak Yakub, bapa leluhur para imam suku Lewi) yang menerima jabatan imamlah yang mendapat tugas untuk memungut persepuluhan dari umat Israel, yaitu dari saudara-saudara mereka, sekalipun mereka ini juga keturunan Abraham.� Hierateuma, mengacu kepada jemaat imam, kumpulan imam, imamat, seperti dalam I Petrus 2:9.
Tidak ada hal yang lebih membahagiakan kita melebihi menjadi miliknya Tuhan. Yesus telah membuat setiap orang yang telah ditebus-Nya menjadi suatu kerajaan (Allah telah membuat setiap orang yang ditebus-Nya menjadi raja-raja), dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan setiap orang yang telah ditebus-Nya itu akan memerintah sebagai raja (basileuo, merajai; menjadi seperti raja) di bumi, Wahyu 5:10.
Berbahagia dan kuduslah orang yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Yesus selama seribu tahun, Wahyu 20:6. Yesus telah membuat kita menjadi suatu kerajaan (dengan Kristus sebagai Rajanya), menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya � bagi Dialah kemuliaan dan kuasa (kratos, kekuatan, kekuasaan; dengan berhasil) sampai selama-lamanya. Amin, Wahyu 1:6.

3.    Injil Kerajaan
Kata Injil (euangelion, kabar baik) dalam kesusastraan klasik mengacu kepada pahala yang diberikan untuk berita-berita yang baik. Juga menunjuk kepada apa yang dikabarkan, mula-mula kemenangan, kemudian berita kesukaan lain. Injil adalah kabar baik bahwa Allah di dalam Yesus Kristus telah memenuhi janji-janji-Nya kepada Israel, dan bahwa suatu jalan telah dibuka bagi semua orang. Jadi Injil adalah pemenuhan janji Perjanjian Lama (Yesaya 35:3-6) yang digenapi dalam Matius 11:5, orang buta melihat (anablepo, melihat ke atas; [baru] dapat melihat [lagi]), orang lumpuh (cholos, yang pincang, kaki yang lumpuh) berjalan, orang kusta (lepros, orang yang kena penyakit kulit) sembuh (katharizo, dibersihkan, ditahirkan, dicuci, dinyatakan halal), orang tuli (kophos, bisu) mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin (ptochos, melarat, tergantung bantuan orang lain; menyedihkan, rendah) diberitakan kabar baik (euaggelizo, memperdengarkan Injil).
Ketika Yesus datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan (trepho, diberi makanan, dipelihara, disusui), dan menurut kebiasaan (eiotha, sudah biasa)-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Kitab Suci. Kepada-Nya diberikan (epididomi, menyerahkan) kitab (biblion, surat gulungan) Nabi Yesaya dan setelah membuka kitab itu, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: �Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan (aphesis, pengampunan) kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan (anablepsis, pemulihan penglihatan) bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (eniautos kuriou dektos, tahun Tuhan yang berkenan [zaman keselamatan sebagai tahun Yobel, pembebasan, Imamat 25:10]).� Lukas 4:16-19.
 Menurut Kolose 1:5, Injil ialah firman kebenaran (ho logos tes aletheias, firman yang benar; firman [tentang] kebenaran). Roma 1:16 mengatakan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, sehingga disebut juga sebagai Injil keselamatan, Efesus 1:13. Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya (proepaggellomai, berjanji sejak semula) dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, Roma 1:2.
 Injil Kerajaan Allah itu perlu diberitakan kepada segala makhluk (ktisis, ciptaan; [secara khusus sesuai bahasa Ibrani para rabi] umat manusia) di seluruh dunia, Markus 16:15. Tuhan Yesus sendiri menyerukan agar kita bertobat (metanoeo, menyesal; mengubah pikiran; berbalik dari/meninggalkan dosa) dan percaya kepada Injil, sebab Kerajaan Allah sudah dekat, 1:14, 15. Dengan demikian Yesus pun telah memberitakan Injil Kerajaan Allah, Matius 4:17, 23, 9:35.
Berita yang sangat penting adalah intisari dari Injil, yaitu bahwa Yesus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci, I Korintus 15:3, 4.
Dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum (daerah yang jauh dan tidak berbudaya di timur laut Eropa; provinsi Romawi di sebelah utara negeri Yunani) bahkan sampai ke Spanyol, Paulus memberitakan Injil Kristus secara penuh, Roma 15:18-19, 24. Maksudnya adalah memberitakan intisari Injil disertai dengan perbuatan yang merupakan tindakan kasih, dan diteguhkan dengan kuasa tanda-tanda mujizat oleh  pekerjaan kuasa Roh Kudus. 
Dalam pemberitaan Injil, Allah selalu melengkapinya dengan kuasa untuk menunjukkan bahwa kuasa itu datangnya dari Kerajaan Allah, Markus 16:17-18. Jadi setiap orang yang telah diselamatkan mempunyai tugas mulia untuk memberitakan hal-hal besar dari Allah, yaitu menginjil.

4.    Gereja sebagai terang dunia
Tuhan Yesus adalah Terang Dunia, Yohanes 8:12. Tuhan Yesus telah datang ke dalam dunia sebagai terang (phos, cahaya; api; secara terang-terangan), supaya setiap orang (pas, semua orang, segala sesuatu) yang percaya kepada-Nya, tidak tinggal di dalam kegelapan, 12:46. Selama (hotan, apabila) Tuhan Yesus di dalam dunia, Yesuslah terang dunia, 9:5. Maka gereja pun dipanggil untuk mewakili-Nya menjadi terang dunia.
Dalam Yohanes 11:9-10, Tuhan Yesus menggambarkan, �Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Tetapi jikalau seseorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena tidak ada terang di dalam dirinya.� Berjalanlah selama terang itu ada padamu, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; siapa saja yang berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang, 12:35-36.
Terang kita akan bercahaya di depan orang jika kita melakukan setiap perbuatan-perbuatan baik. Dengan cara inilah kita dapat memuliakan Allah Bapa yang di surga, Matius 5:16. Siapa di antara kamu yang bijak (sophos, berhikmat, bijaksana; berpengalaman, pintar, terpelajar; terampil) dan berbudi (epistemon, pandai, terpelajar, berpengertian)? Baiklah dengan cara hidup yang baik ia menyatakan (deiknumi, menunjukkan, memperlihatkan) perbuatannya (anastrophe, kelakuan, cara hidup, tingkah laku) oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan (prautes, sifat/sikap lemah-lembut, kerendah-hatian), Yakobus 3:13.
Lagi pula, siapa yang akan berbuat jahat terhadap (kakoo, menganiaya, memaksa [seseorang berbuat sesuatu], menyuruh; membuat seseorang gusar terhadap atau membenci [orang lain]) kamu, jika kamu rajin (zelotes, orang yang berusaha, orang yang rajin/keras, orang yang giat bekerja; orang Zealot [dari golongan orang-orang Yahudi yang berjuang untuk kemerdekaan politik]) berbuat baik? I Petrus 3:13. Untuk itu pasal 2:12 menyarankan, �Milikilah cara hidup yang baik (yaitu indah dan bijak dalam pekertinya) di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya apabila mereka memfitnah (katalaleo, mencela [seseorang]) kamu sebagai pelaku kejahatan (kakopoisos, penjahat, orang yang berbuat jahat, pembuat kejahatan), mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat (epopteuo, melihat, mengamati, memeriksa, menilik, meneliti; memahami) mereka.� Sehingga mereka yang memfitnah kamu karena perilakumu yang baik dalam Kristus, menjadi malu (kataischuno, menghina, mempermalukan [merasa malu]; mengecewakan) karena fitnahan (epereazo, menghina, memfitnah, mencaci; menyiksa) mereka itu, 3:16.
Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, daripada menderita karena berbuat jahat, (ayt. 17). Pasal 4:19 melanjutkan, �Karena itu, baiklah mereka juga yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan (paratithemi, memberikan; menghidangkan; membentangkan; menerangkan [sebagai suatu simpanan, deposito]) dirinya kepada Pencipta yang setia, sambil terus berbuat baik (agathopoiia, pembuatan hal yang baik; melakukan perbuatan yang benar dan terhormat).�
Contoh perbuatan baik itu seperti yang terdapat pada pasal 2:13-14, yaitu tunduk (hupotasso, menaklukkan, takluk kepada, menundukkan; mematuhi, menaati, menerima perintah dari; mengambil tempat yang lebih rendah), karena Tuhan, kepada semua lembaga manusia (anthropinos, yang dari manusia, manusiawi; mengatakan secara manusia, lembaga [pemerintah,mengacu pada segala sesuatu yang dibuat, seperti peraturan-peraturan atau ketetapan-ketetapan]), baik kepada raja (basileus, [kaisar Romawi]) sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada para penguasa yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik.
Karena rajin berbuat baik adalah salah satu ciri  umat kepunyaan-Nya, Titus 2:14. Efesus 2:10 mengatakan, �Karena kita ini buatan (poiema, yang dicipta/dibuat, sesuatu yang telah dibuat; pekerjaan tangan; sesuatu yang ditulis atau dikarang sebagai puisi) Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya (proetoimazo, mempersiapkan lebih dahulu). Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.� Sehingga hidup kita layak dihadapan-Nya serta berkenan (areskeia, keinginan untuk menyenangkan; hal berkenan, keinginan untuk berkenan) kepada-Nya dalam segala hal, dan kita memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan tentang Allah, Kolose 1:10. Titus 3:14 menambahkan, �Dan biarlah orang-orang kita juga belajar (manthano, mempelajari; mengetahui; belajar di sekolah rabi) melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan (anagkaios, yang perlu/dibutuhkan) hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan sampai tidak berbuah (akarpos, tidak membawa hasil, tanpa buah).�
Jika seseorang menyucikan (ekkathairo, membersihkan; menjauhkan diri dari; membuang apa yang tidak suci) dirinya dari hal-hal yang jahat (apotouton, dari orang-orang ini, dari hal-hal [yang tidak mulia] itu), ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia (terhormat, berharga), ia dikuduskan (agiazo, menganggap kudus, mengkhususkan), dipandang layak untuk dipakai (euchrestos, berguna) tuan (despoites, pemilik, Tuhan, Tuan [tentang Allah dan Kristus]; penguasa; tuan rumah)nya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang baik, II Timotius 2:21.
Untuk itu kita harus siap untuk melakukan setiap perbuatan baik, Titus 3:1, misalnya dengan cara taat dan tunduk kepada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa. Sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal (berdasarkan) dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu siapa yang melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya, Roma 13:1-2.
Titus 3:8 mengatakan, �Perkataan ini benar dan aku mau (boulomai, berkehendak; ingin) supaya engkau dengan yakin (diabebaioomai, menegaskan dengan yakin, konsisten, tekun, [dengan ketat sampai tuntas]) menegaskannya (phrontizo, memusatkan perhatian untuk/pada, memperhatikan dengan baik), agar mereka yang sudah percaya (pisteuo, beriman [terhadap/dalam] [Allah atau Kristus]; mempercayai, meyakini [seseorang atau sesuatu]; mempercayakan [sesuatu kepada orang lain]), kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan (proistamai, memimpin,  berwenang terhadap, mengurus; membantu, memperhatikan) pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna (ophelimos, bernilai, menguntungkan) bagi manusia.�
Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi (artios, siap; lengkap; disempurnakan) untuk setiap perbuatan baik, II Timotius 3:17. Kiranya Allah (sebagai sumber) damai sejahtera, yang dengan (dalam) darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali (anago, membawa ke atas, menaikkan; mempersembahkan; menghadapkan) dari antara orang mati Gembala (poimen enos ho, pendeta) Agung segala domba (probaton, biri-biri; kiasan bagi pengikut Kristus) yaitu Yesus, Tuhan kita memperlengkapi (katartizo, memperbaiki, menyempurnakan, memulihkan, mengusahakan supaya sempurna, memperbaiki tingkah laku; menyediakan, menjadikan, menyanggupkan) kita degan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, melalui Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin, Ibrani 13:20, 21.
Kita berbuat baik itu bukan untuk memperoleh keselamatan, karena keselamatan adalah anugerah (doron, pemberian, hadiah; persembahan) Allah oleh iman, Efesus 2:8. Bagi orang percaya, perbuatan baik merupakan buah dari iman dan wujud kasihnya kepada Tuhan dan sesamanya. Juga merupakan upaya dalam membangun hubungan bagi pemberitaan Injil, serta menghadirkan Kerajaan Allah di bumi.
Alkitab mengajarkan bahwa kasih itu harus bertumbuh, yaitu dimulai dari mengasihi sesama saudara seiman (Philadelphia, kasih persaudaraan [antara orang Kristen]), lalu kepada semua orang pada umum (agape, kasih ilahi), II Petrus 1:7.
Di Tesalonika Paulus tidak perlu membahas tentang masalah kasih persaudaraan lagi, karena mereka telah belajar praktek langsung dari Allah (theodidaktos, diajar Allah, yang belajar dari Allah), I Tesalonika 4:9. Kepada orang-orang Yahudi di perantauan Paulus berpesan agar mereka tetap tinggal dalam kasih persaudaraan atau tetap memelihara kasih persaudaraan, Ibrani 13:1.
Petrus menginginkan agar kasih persaudaraan itu diamalkan dengan tulus ikhlas (anupokritos, yang tidak pura-pura) dan ada kesungguhan (ektenos, dengan sungguh-sungguh, dengan tekun) dalam saling mengasihi dengan segenap hati (dengan hati yang membara), I Petrus 1:22. Misalnya saling mendahului (proegeomai, mengungguli, memimpin) dalam memberi hormat, Roma 12:10, menghormati (timao, mengakui kedudukan) semua orang, mengasihi saudara-saudara seiman, takut kepada Allah, dan menghormati raja! I Petrus 2:17.
Karena siapa yang mengasihi saudara seimannya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan (skandalon, batu sandungan, hal yang menyebabkan dosa, membeikan kesempatan untuk berdosa), I Yohanes 2:10. Inilah tandanya (phaneros, secara terbuka, di depan umum; dengan jelas, tampak, kentara, nyata) anak-anak Allah dan anak-anak iblis: Setiap orang yang tidak melakukan kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga siapa saja yang tidak mengasihi saudara seimannya, 3:10. Bila kita mengasihi saudara seiman, maka kita sudah berpindah (metabaino, pergi [dari satu tempat/keadaan kepada tempat/keadaan lain) dari dalam maut ke dalam hidup, (ayt. 14). Inilah perintah yang kita terima dari Dia: Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudara seimannya, 4:21.
Akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata (homopron, sependapat), seperasaan (sumpathes, sehati), mengasihi saudara-saudara seiman, penyayang (eusplagchnos, murah hati, baik hati) dan rendah hati, I Petrus 3:8.
Setelah kita mengasihi saudara seiman, maka kita juga harus mengasihi orang lain pada umumnya atau orang yang tidak seiman. Karena itu, nasehatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan, I Tesalonika 5:11.
Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas (apodidomi, menyerahkan; membayar; memberikan kembali) yang jahat dengan yang jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang, ayt. 15.
Karena itu, hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini, 4:18. Inilah harapan Paulus kepada kita, �Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah (pleonazo, menjadikan bertambah banyak, memperkaya, bertumbuh, menumbuhkan, meluas; berlebihan) dan berkelimpahan (perisseuo, membuat berlimpah-limpah, tersisa, lebih dari cukup; bertambah banyak, berlimpah, meluap; mengungguli, melampaui; beruntung; berbuat lebih banyak lagi, menambahkan; menyediakan sampai berlimpah) dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu,� 3:12. Sudahkah Anda melakukannya? Dalam bentuk apa?

5.    Gereja sebagai garam dan ragi
Dalam Perjanjian Lama, setiap membawa persembahan ke hadapan TUHAN yang berupa kurban sajian atau kurban bakaran itu harus dibubuhi atau ditaburi di atasnya dengan garam oleh para imam, Imamat 2:13, Yehezkiel 43:24. Fungsi garam antara lain adalah untuk memberikan cita rasa asin dari kehambaran, membunuh kuman, dan mengawetkan sehingga dapat mencegah pembusukan.
Sekitar tahun 896-561 sM, di kota Yerikho, banyak sekali terjadi kasus keguguran bayi. Tetapi ketika nabi Elisa pergi ke mata air untuk menyehatkan air yang tidak baik itu dan melemparkan garam ke dalamnya, maka sudah tidak ada lagi kematian atau keguguran bayi sampai hari ini, II Raja-Raja 2:20-21.
Demikian juga Allah menghendaki agar gereja-Nya mempengaruhi kehambaran dan mencegah dari pembusukan dunia yang ada di sekitarnya. Untuk itu gereja harus memiliki nilai yang berbeda dengan nilai kebenaran dunia dan bersedia bergaul dengan dunia untuk memberikan pengaruh positif. Matius 5:13 mengatakan, �Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar (moraino, membodohkan, menjadikan bodoh; menjadikan tawar), dengan apakah ia diasinkan (alizo, menggarami, mengasinkan)? Tidak ada lagi gunanya (ischuo, berkekuatan, berkesanggupan; tidak  berguna; mengalahkan; berkuasa) selain dibuang dan diinjak (katapateo, menginjak-injak; menganggap hina) orang.�
Orang Ibrani mempunyai persediaan garam yang sangat melimpah di pantai-pantai Laut Mati. Zefanya 2:9 menyebutnya sebagai tempat penggalian garam. Dan di bukit Garam (Jebel Usdum), sebuah dataran tinggi seluas 4.000 hektar di sudut baratdaya Laut Mati. Daerah ini secara tradisional dikaitkan dengan riwayat istri Lot dalam Kejadian 19:26.
Garam semacam ini terjadi dari karang atau fosil. Karena ketidakmurnian dan perubahan-perubahan kimiawi, maka lapisan luar biasanya kurang sedap. Hal inilah yang menyebabkan garam dibuang dan tidak ada harga/nilainya dalam Matius 5:13.
Markus 9:50 mengatakan, �Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar (analos, yang tanpa [kekuatan] garam; hambar), dengan apakah kamu mengasinkannya (artuo, membumbui; menggarami)? Hendaklah kamu senantiasa mempunyai garam dalam dirimu dan hidup berdamai (eireneuo, hidup dalam damai sejahtera) seorang dengan yang lain.�  Untuk itu hendaklah kata-kata kita senantiasa penuh kasih, jangan hambar, Kolose 4:6.
Maksudnya ialah bukan kata-kata kotor (sapros, jelek, busuk, tidak berharga; [perkataan yang] jahat atau berbahaya) yang keluar (ekporeuomai, pergi; tersebar) dari mulut kita, tetapi perkataan yang baik untuk membangun (pros oikodomen, bagi pembangunan; yang membangun), supaya mereka yang mendengarnya beroleh anugerah, Efesus 4:29. Selain perkataan yang kotor (aischrotes, perkataan yang memalukan; tingkah laku yang kotor), juga perkataan yang kosong (morologia, perkataan yang bodoh) atau yang sembrono (eutrapelia, lelucon yang tidak senonoh; perkataan yang kotor) � karena hal-hal ini tidak pantas (anekei, kewajiban; yang harus dilakukan) � tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur (eucharistia, rasa syukur, [peng]ucapan syukur atau terima kasih), 5:4. Buanglah (apotithemai, melepaskan, menanggalkan; memenjarakan) semuanya itu, yaitu selain kata-kata kotor (aischrologia, perkataan yang kotor), juga sifat marah, geram, jahat dan fitnah, Kolose 3:8.
Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun (oikodome, pembangunan; bangunan; gedung; kebangunan [dalam hal iman] ), Roma 14:19. Untuk itu setiap orang diantara kita (hemon, punyaku; dengan tanganku sendiri) harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya, 15:2. Ingat �Segala sesuatu diperbolehkan� itu benar, tetapi tidak semuanya berguna (sumphero, lebih baik) dan membangun, I Korintus 10:23. Pasal 8:1 juga mengingatkan bahwa pengetahuan membuat orang menjadi sombong (phusioo, menggebungkan; kiasan membuat menjadi sombong, membuat orang congkak atau angkuh), tetapi kasih membangun.
Bernubuatlah, karena hal itu membangun jemaat, tetapi kalau berkata-kata dengan berbahasa lidah itu membangun dirinya sendiri, I Korintus 14:4. Kita yang telah memperoleh karunia-karunia Roh (pneumata), biarlah itu digunakan untuk membangun jemaat, ayt. 12, tetapi Paulus lebih suka bernubuat, sebab orang yang bernubuat lebih berharga daripada orang yang berkata-kata dengan bahasa lidah, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya (diermeneuo, menterjemahkan), sehingga jemaat dapat dibangun (lambano, menerima), ayt. 5.
Seluruh pertumbuhan dan pembangunan diri dalam pelayanan itu asalnya dari Dia, Efesus 4:16, sehingga setiap orang kudus-Nya diperlengkapi bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (ayt. 12) dibangun di atas dasar (themelios, pondamen, fondasi, alas, azas; batu dasar) para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (akrogoniaios, batu dasar)nya, 2:20. Di dalam Dia kamu juga turut dibangun (sunoikodomeo, membangun bersama) menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh, ayt. 22. Untuk itu, hendaklah kamu berakar di dalam Dia, dan dibangun di atas (epoikodomeo, membangun lebih lanjut) Dia, Kolose 2:7.
Di sisi lain, gereja juga harus menjadi ragi yang dapat mengkhamirkan lingkungan sekitarnya, Lukas 13:20-21. Menurut Tuhan Yesus, hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diaduk ke dalam (egkrupto, memasukkan; mencampur ke dalam; menyembunyikan ke dalam [sesuatu]) tepung terigu (aleuron, tepung gandum) sebanyak 40 liter (dalam ukuran Romawi = tiga sukat = satu efa [sukat bahasa Ibraninya seahs; bahasa Yunaninya saton], merupakan jumlah umum yang diperlukan untuk membuat satu porsi hidangan yang penuh, Kejadian 18:6) sampai mengembang (zumoo, mengkhamirkan; mencampur dengan ragi) seluruhnya, Matius 13:33.
Dalam Matius 16:6, 11, Tuhan Yesus mengingatkan agar kita berjaga-jaga (horao, melihat; memandang; mengurus; mengingat) dan waspada (prosecho, memperhatikan dengan baik-baik, memegang, menyerahkan diri kepada; menjaga, berhati-hati) terhadap ragi (yang makin lama makin kuat pengaruhnya) orang Farisi dan Saduki, termasuk ragi Herodes, Markus 8:15. Ragi orang Farisi adalah kemunafikan (hupokrisis, ketidaktulusan-hati)nya, Lukas 12:1, dalam bidang pengajaran (didache, ajaran), Matius 16:12. Untuk itu Tuhan Yesus selalu mengecamnya, misalnya: para ahli Taurat dan orang Farisi suka merintangi orang lain untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, sedangkan mereka sendiri tidak masuk ke dalamnya, 23:13.
Mereka suka mengarungi (periago, berjalan keliling; menjelajah; membawa) lautan dan menjelajahi daratan, untuk membuat (pieo, menyebabkan, menghasilkan, menjadikan; berbuah; memberi) satu orang saja menjadi penganut agamanya (proselutos, proselit, orang yang masuk agama Yahudi), tetapi sesudah hal itu terjadi, mereka menjadikan dia calon (uhios geennes, anak neraka, calon neraka) penghuni neraka, yang dua kali lebih jahat daripada mereka, ayt. 15.
Mereka memberi persepuluhan (apodekatoo, membayar persepuluhan; memungut persepuluhan dari) dari selasih (heduosmon, [tumbuhan dengan bau permen]; bahasa Latinnya Mentha longifolia, selasih kuda [banyak terdapat di Palestina, dijadikan bumbu yang amat digemari; dari tumbuh-tumbuhan yang paling sederhana saja orang Farisi masih menuntut persepuluhan), adas manis (anethon, sejenis tumbuhan rempah-rempah; bahasa Latinnya, Anethum graveolens, tanaman tahunan yang bunganya berbentuk payung [umbelliferae] biji dan daunnya luas dipakai untuk bumbu dan obat-obatan pada zaman kuno. Tanaman ini asli Eropa, jadi lain dari adas manis Indonesia) dan jintan, tetapi yang terpenting (barus, berat) dalam hukum Taurat diabaikan (aphiemi, meninggalkan; membiarkan), seperti keadilan (krisis, penghakiman; hukuman), belas kasihan (eleos, rahmat [Tuhan]) dan kesetiaan (pistis, iman, kepercayaan, keyakinan; kekuatan iman; ajaran; bukti; janji), ayt. 23.
 Mereka suka membersihkan (katharizo, mentahirkan, mencuci, menyatakan halal) cawan dan pingan di bagian  luarnya saja tetapi sebelah dalamnya penuh dengan rampasan dan kerakusan (akrasia, sikap tidak dapat mengendalikan diri, ketidaksanggupan mengekang diri), ayt. 25.
 Mereka sama seperti (paromoiazo, menjadi sama seperti, menyerupai) kuburan (taphos, makam) yang dicat putih (koniao, mengapur, melabur putih), yang sebelah luar (exothen, dari luar, di luar; lahiriah)nya memang indah (horaios, bagus, menyenangkan) tampak (phainomai, menjadi nyata; tampak)nya, tetapi di sebelah dalamnya penuh (gemo, penuh dengan) kemunafikan (osteon, tulang) dan kelaliman (akatharsia, kenajisan, kotoran, kecemaran; maksud yang tidak murni), ayt. 27.
Ajaran orang Saduki adalah penyangkalan adanya kebangkitan, malaikat dan roh, Kisah Para Rasul 23:8. Sedangkan ragi Herodes adalah kejahatan, kebencian dan tipu daya serta ketidakadilannya dalam bidang politik dengan memenggal kepala Yohanes Pembaptis, Matius 14:10-11, Lukas 9:9, suka menjerat (lego, dengan menyuruh berkata, dengan bertanya, berbicara, mengucapkan) dengan pertanyaan, Matius 22:16, Markus 12:13, dan punya rencana jahat hendak membunuh Yesus, Markus 3:6, Lukas 13:31.
Perlu diingat bahwa sedikit ragi saja sudah dapat membuat seluruh adonan (phurama, gumpalan [tanah liat atau adonan) mengembang (zumoo, mencampur dengan ragi, mengkhamirkan), I Korintus 5:6, Galatia 5:9. Karena itu, marilah kita berpesta (heortazo, merayakan hari raya), bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan (kakia, kejahatan, kesusahan) dan kejahatan (poneria, maksud jahat), tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian (eilikrineia, kebersihan [secara moral]) dan kebenaran, I Korintus 5:8. Pesta di sini mengacu pada Hari Raya Roti Tidak Beragi sebagai kelanjutan Paskah yang berlangsung selama tujuh hari, Keluaran 12:15-20, 13:6-7.
Dalam Perjanjian Lama, apabila bangsa Israel hendak mempersembahkan persembahan berupa kurban sajian kepada TUHAN dari apa yang dibakar di dalam pembakaran roti, haruslah itu dari tepung yang terbaik, berupa roti bundar yang tidak beragi, yang diolah dengan minyak, atau roti tipis yang tidak beragi, yang diolesi dengan minyak, Imamat 2:4, 5, 11. Jadi segala sesuatu yang mengandung ragi tidak boleh dibakar, 6:17.
Demikian juga syarat untuk menguduskan jabatan imam, selain mengambil seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan yang tidak bercela, juga roti yang tidak beragi dan roti bundar yang tidak beragi, yang diolesi dengan minyak; dari tepung gandum yang terbaik, Keluaran 29:1-2.
Makna dari perumpamaan ragi oleh Tuhan Yesus menunjuk pada pengaruh ragi dalam tepung yang tersembunyi, diam-diam, penuh rahasia, tetapi dapat mempengaruhi seluruhnya secara nyata. Di sini yang diutamakan adalah kualitas nilai kebenaran yang tercermin dalam kehidupan kita. Walaupun kaum minoritas (elite) namun dapat mempengaruhi yang mayoritas.
Untuk dapat mempengaruhi mayoritas yang belum tentu benar pebuatannya, maka kita harus terus mengusahakan (spoudazo, bergegas, berusaha/berupaya untuk) supaya kita sendiri layak (dokimos, yang tahan uji, terbukti tahan uji, bertahan dalam pencobaan; dihormati) dihadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang (orthotomeo, menempuh arah yang lurus, memberitakan/menafsirkan dengan jujur/benar, ) memberitakan perkataan kebenaran itu, II Timotius 2:15. Menurut I Timotius 3:15, kita adalah jemaat dari Allah yang hidup, tiang (stulos, tiang penyangga) penopang dan dasar (hedraioma, alas) kebenaran. Mengapa harus kebenaran? Karena kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa, Amsal 14:34. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Yanes dan Yambres yang telah menentang (anthistemi, melawan) Musa, dengan demikian berarti mereka juga telah menentang kebenaran. Karena akal (nous, akal budi, pikiran, nalar) mereka bobrok (kataphtheiro, merusak, membobrokkan, membusukkan) dan iman mereka tidak tahan uji (adokimos, ditolak), II Timotius 3:8. Menurut tradisi orang Yahudi, kedua orang ini adalah ahli sihir Mesir yang menentang Musa dalam Keluaran 7:11, 22.
Untuk menjaga diri agar tidak terpengaruh dunia, maka kita harus senantiasa sadar bahwa tujuan pergaulan kita adalah untuk mempengaruhi bukan untuk dipengaruhi. Dan kita harus memiliki saudara-saudara seiman yang mengawasi dan menjaga kehidupan kerohanian kita. Disinilah pentingnya kita terlibat dalam KELOMPOK SALING MEMPERHATIKAN (KESAN).

6.    Gereja sebagai biji sesawi
Tuhan Yesus mengumpamakan bahwa Kerajaan Allah itu seperti biji (kokkos, benih) sesawi (sinapi, mostar, sawi-sawi [tanaman bumbu yang bijinya dianggap paling kecil]) yang harus terus bertumbuh, Markus 4:31-32. Biji sesawi adalah yang paling kecil dari segala jenis benih yang ada di bumi, tetapi bisa tumbuh lebih besar dari segala jenis sayuran yang lain karena memiliki potensi besar yang tersimpan di dalamnya, dan itu harus ditaburkan ke tanah, bukan pada yang  lainnya.
Tuhan Yesus juga berkata: Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung: Pindah (metabaino, pergi [dari satu tempat ke tempat lain]) dari tempat ini ke sana, - maka gunung ini akan pindah, dan tidak ada yang mustahil bagimu, Matius 17:20.
Selanjutnya dalam Lukas 17:6, Tuhan Yesus juga berkata: Sekiranya kamu mempunyai iman sekecil biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara (sukaminos, pohon besar) ini: Tercabut (ekrizoo, membantun)lah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.
Demikian halnya dengan diri Tuhan Yesus, dalam Dia secara jasmaniah berdiam (katoikeo, tinggal, menetap; mendiami, menghuni) seluruh kepenuhan (pleroma, kegenapan, kelengkapan; jumlah yang genap; ukuran yang penuh), kemuliaan, dan kedahsyatan Allah. Dan bila Dia tinggal dalam kehidupan kita, maka Ia pun sampai pada batas tertentu akan memenuhi diri kita dengan potensi ilahi, Kolose 2:9-10, I Korintus 1:4-9. Menurut I Yohanes 4:4, kita ini berasal dari Allah, sebab Roh yang ada di dalam kita lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.
Yohanes 12:24 berkata, �Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika biji gandum (sitos, biji-bijian) tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.�
Seringkali potensi yang sudah ditaruh Tuhan dalam kehidupan kita tidak bertumbuh, karena kita tidak berani membayar harganya. Setiap pertumbuhan selalu ada harga yang harus dibayar, antara lain: kesediaan untuk berubah dan kesediaan untuk memikul tanggungjawab.
Pertumbuhan berarti perubahan, untuk itu jangan merasa puas dengan kondisi yang ada, bertambah majulah terus dalam segala hal. Dan janganlah menginginkan kedudukan kalau tidak berani memikul tanggungjawabnya.
Puaskah Anda dengan kondisi kerohanian yang telah Saudara capai sampai saat ini?
Ingat, kemampuan adalah akhir dari kemajuan dan awal dari kemunduran! 

                                                                                                           Oleh: Wawan Widjanarko