Latest News

Showing posts with label Kasih. Show all posts
Showing posts with label Kasih. Show all posts

Sunday, July 16, 2017

“Iman yang Bekerja oleh Kasih”

“Iman yang Bekerja oleh Kasih”



Setelah pembahasan di atas dan sebelum melanjutkan ke pembahasan berikutnya, saya ingin menambahkan beberapa hal tentang kasih. Saya percaya ini perlu dilakukan karena perbuatan iman di dalam Perjanjian Baru merujuk pada perbuatan-perbuatan yang tenaga pendorongnya adalah kasih. Galatia 5:5 meringkaskan hal ini dengan baik sekali:
Galatia 5:6
“Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.”
Di sini semuanya dirangkumkan dalam satu frasa: Iman, kasih, perbuatan! Tak satu pun darinya dapat berdiri sendiri. Perbuatan tanpa iman tidak memiliki validitas. Perbuatan yang tidak dimotivasi oleh kasih tidak ada manfaatnya. Sebagaimana Paulus katakan dalam 1 Korintus 13:1-3:
“Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.”
Kemudian ia melanjutkan dengan memaparkan apa yang dilakukan oleh kasih dan apa yang tidak dilakukan oleh kasih:
1 Korintus 14:4-8, 13
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. … Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.”
Jelas sekali bahwa kasih itu tidak pasif.
Jadi, sebagaimana perbuatan tanpa kasih sebagai pendorong tidak ada manfaatnya, demikian juga kasih tanpa disertai perbuatan bukanlah kasih yang nyata. Sebagaimana Yohanes katakan kepada kita:
1 Yohanes 3:16-18
“Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.”
Kasih yang sejati adalah kasih yang diwujudkan dalam tindakan, yang diwujudkan dengan perbuatan dan di dalam kebenaran.
Jadi, kita dapat melihat bahwa iman, perbuatan dan kasih bukan sesuatu yang terpisah satu dengan yang lain. Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17) dan Paulus mengatakan bahwa perbuatan tanpa kasih tidak ada faedahnya. Lebih jauh lagi, Yohanes mengatakan bahwa kasih tanpa perbuatan bukanlah kasih yang sejati. Jadi apakah iman yang sejati itu? Iman yang sejati adalah iman yang memiliki semuanya itu. Iman yang sejati adalah: “iman yang bekerja oleh kasih”.

Saturday, December 24, 2011

ALLAH ADALAH KASIH


ALLAH ADALAH KASIH
I Yohanes 4:8
�Barangsiapa yang tidak mengasihi, ia tidak mengasihi Allah,
sebab Allah adalah kasih.�

Pendahuluan
            Kasih adalah pokok utama dalam tulisan Yohanes. �Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.� II Yohanes 1:6.
            Menurut I Korintus 13:4-7, kasih itu sabar (dalam bahasa Yunani makrothumeo, bersabar); kasih itu murah hati (dalam bahasa Yunani chresteuomai, maksudnya [bersikap] baik hati); ia tidak cemburu (dalam pengertian zeloo, berusaha dengan giat; tidak [bersikap menjadi] iri hati; tidak selalu menginginkan sesuatu). Ia tidak memegahkan diri (dalam pengertian perpereuomai, membual, berperilaku angkuh) dan tidak sombong (atau phusioo, menggembungkan diri, menyombongkan diri, membuat orang congkak, angkuh). Ia tidak melakukan yang tidak sopan (atau aschemoneo, berkelakuan tidak pantas, berkelakuan tidak wajar) dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah (atau paroxuno, membangkitkan amarah; [dirangsang] menjadi marah) dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, (atau logizomai, menghitung, memasukkan dalam perhitungan, memperhitungkan; memandang; berpikir; menyangka) kesalahan terhadap orang lain. Ia tidak bersukacita (atau sugchairo, bersukaria bersama dengan; mengucapkan selamat) karena ketidakadilan (atau adikia, ketidakbenaran, kefasikan, kejahatan), tetapi karena kebenaran (atau sugchairei te aletheia, ia bersukacita bersama [orang lain] atas kebenaran, atau ia bersukacita bersama kebenaran, atau ia bersukacita atas kebenaran). Ia menutupi (dalam pengertian stego, menanggung derita, menahan; merahasiakan) segala sesuatu (dalam bahasa Yunaninya panta, artinya secara menyeluruh, senantiasa), percaya (dalam arti elpizo, mengharapkan [percaya dan mengharapkan yang berhubungan dengan Allah dan Yesus Kristus]) segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar (hupomeno, menahan, bertahan, berdiri teguh; mengalami; tinggal) menanggung segala sesuatu.� (jadi bukan sekedar makrothumeo, bersabar).
            Kata kasih �menutupi� segala sesuatu, dalam bahasa Yunani artinya sama dengan menanggung. Kata ini tidak hanya berarti mewadahi, menampung [seperti sebuah bejana], tersembunyi dan menutupi [seperti atap] kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi juga menudungi dan melindungi dengan menutup [seperti atap].
            Sedangkan menurut Roma 12:9-10 mengatakan, �Hendaklah kasih itu jangan pura-pura (berarti harus anupokritos, tulus ikhlas)! Jauhilah (dalam arti apostugeo, menjauhi karena membenci) yang jahat dan lakukanlah (seruan untuk kollao, melekat pada, memegang) yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara (dalam bahasa Yunani disebutkan te philadelphia eis allelous philostorgoi, hendaklah kamu penuh kasih satu sama lain dengan kasih persaudaraan) dan saling mendahului (atau proegeomai, mengungguli, memimpin) dalam memberi hormat (dalam bahasa Yunani dikatakan te time allelous proegoumenoi, mengenai hormat, hendaklah seorang menghargai orang lain lebih [dari dirinya sendiri]).

Perintah Tuhan Yesus, saling mengasihi.
            Di dalam Yohanes 13:34, 15:12, I Yohanes 3:23, Tuhan Yesus memberikan perintah kepada kita demi nama-Nya, yaitu supaya kita saling mengasihi; sama seperti Yesus yang telah mengasihi kita, demikian pula kita hendaknya harus saling mengasihi. 
           
Alasan kita menuruti perintah Tuhan Yesus.
            Karena Tuhan Yesus sendiri juga telah memberikan teladan kepada kita, yaitu menuruti perintah Bapa-Nya, dengan tetap tinggal di dalam kasih Bapa (Yohanes 15:10). Maka kita pun wajib mengikuti teladan Yesus dengan menuruti perintah Hukum Kasih yang terdapat dalam Ulangan 6:5, Matius 22:37-39, Markus 12:30-31, Lukas 10:27, yaitu dengan mengasihi Tuhan, Allah dan sesama manusia, sebagai tanda bahwa kita telah mengenal Allah (I Yohanes 2:3).
            Dengan demikian, maka kita pun akan dikasihi Bapa dan Tuhan Yesus (Yohanes 14:21), serta Tritunggal Yang Esa itu pun akan datang kepada kita dan diam bersama-sama dengan kita (Yohanes 14:23).
            Alasan terakhir mengapa kita harus menuruti perintah Tuhan Yesus ialah karena hal itu adalah perbuatan baik yang wajib kita lakukan (Yakobus 2:8).
            Dalam bahasa Yunani, kata �menuruti�, teleo itu berarti melaksanakan, menyelesaikan, menggenapi, melengkapi, mengakhiri, memenuhi, mencapai, selesai, mentaati, mematuhi (hukum) yang diberikan oleh Tuhan Yesus, karena hal itu adalah kalos poieite, kamu berbuat baik.

Alasan kita saling mengasihi.
            Alasan utama mengapa kita harus saling mengasihi ialah, karena Allah sendiri adalah kasih (I Yohanes 4:16) dan Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita sehingga kita pun perlu (atau lebih tepatnya opheilo, harus, patut) meresponinya dengan baik (I Yohanes 4:10-11). Sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah yang sebenarnya (I Yohanes 4:7).
            Alasan berikutnya, ialah karena berita (atau aggelia, pesan) saling mengasihi itu sebagai suatu hukum atau ketetapan dari Allah yang mengikat sejak dari mulanya (atau aparches, sulung [istilah Yahudi untuk bagian yang pertama yang dikhususkan bagi Allah sebelum sisanya dapat digunakan]), I Yohanes 3:11. Sebab seluruh hukum Taurat (atau ho pas nomos, [tekanan pada keseluruhannya sebagai kesatuan) tercakup dalam satu firman ini, yaitu: �Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!� (Galatia 5:14, Roma 13:8).
            Sebab jika kita saling mengasihi, maka dosa kita yang banyak (atau plethos,  jumlah yang sangat besar) itu akan ditutupi (atau kalupto, menutupi, menimbuni), I Petrus 4:8. Dan jikalau kita mengasihi dunia (dalam pengertian kosmos, alam semesta; isi dunia; perhiasan [sebagai musuh Allah]), maka kasih kita kepada Bapa tidak ada (1 Yohanes 2:15).

Siapakah yang harus kita kasihi?
            Menurut Yohanes 15:17, yang harus kita kasihi itu ialah semua orang, tetapi menurut II Petrus 1:7, yang terutama ialah kasih kepada saudara-saudara seiman terlebih dahulu, kemudian baru kasih kepada semua orang.
            Mengasihi itu juga termasuk kasih kepada musuh dan berdoa untuk orang yang menganiaya kita (Matius 5:44), berbuat baik kepada orang yang membenci (atau echthros, musuh, yang dibenci) kita, memberkati orang yang mengutuki kita, mendoakan orang yang mencaci (atau epereazo, memfitnah, menyiksa) kita (Lukas 6:27, 28), dan meminjamkan dengan tidak mengharapkan (dengan apelpizo, putus asa) balasan (atau misthos, ganjaran, upah), Lukas 6:35. �Jikalau seterumu (atau echthros, musuh) lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!� Roma 12:20, Amsal 25:21. Janganlah dibunuh, tetapi hidangkanlah makanan dan minuman di depan lawanmu, II Raja-Raja 6:22.
            �Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.� Imamat 19:17-18.
            Menurut I Petrus 2:17, �Hormatilah (atau dengan kata lain timao, mengakui kedudukan [dan karena itu memberi bantuan uang]) semua orang, kasihilah saudara-saudaramu (adelphotes, persaudaraan [dalam iman, saudara-saudara seiman]), takutlah akan Allah, hormatilah raja!� Jadi pemerintah pun bukan hanya kita hormati, tetapi harus juga kita kasihi.

Bukti kalau kita mengasihi Allah.
            Salah satu bukti kalau kita mengasihi Allah ialah jika kita menurut perintah Tuhan Yesus, Yohanes 14:15, yang tidak berat (atau barus, keras, penting, ganas) itu, I Yohanes 5:3. Yaitu dengan perbuatan dan dalam kebenaran, I Yohanes 3:18. Misalnya saling melayani dalam hal wajib (atau opheilo, berhutang, bersalah terhadap seseorang) saling membasuh kaki seperti yang telah diteladankan (atau hupodeigma, dicontohkan, pola; salinan, tiruan, digambarankan) oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 13:14, 15. Dengan begitu, berarti kita telah mengasihi saudara seiman, I Yohanes 4:20-21.
            Mengapakah kita harus mengasihi saudara seiman? Pertama, agar kita tetap tinggal di dalam terang, I Yohanes 2:10. Kedua, dengan demikian, kita telah berpindah (atau metabaino, pergi [dari satu tempat atau keadaan kepada tempat/keadaan lain yang jauh lebih baik) dari dalam maut ke dalam hidup, I Yohanes 3:14. Dan yang ketiga, kalau tidak demikian (phaneros, tampak, kentara, nyata, secara terbuka, di depan umum; dengan jelas), maka kita bukanlah berasal dari Allah, I Yohanes 3:10.
            Lalu bagaimanakah cara kita mengasihi saudara seiman (atau philadelphos, mencintai sesama orang Kristen atau sesama manusia)? Yaitu dengan cara seia sekata (atau omophron, sependapat), seperasaan (atau sumpathes, sehati), menyayanginya (atau eusplagchnos, baik hati, murah hati) dan penuh kerendahan hati, I Petrus 3:8.

Penutup
            Sebagai penutup marilah kita renungkan ayat-ayat berikut ini:
            �Karena kamu telah menyucikan (atau agnizo, mentahirkan) dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas (atau katharos, murni, halal, tahir, bersih), hendaklah kamu bersungguh-sungguh (atau ektenos, dengan bertekun) saling mengasihi dengan segenap hatimu.� I Petrus 1:22. dan �Peliharalah kasih persaudaraan! (he philadelphia meneto, kasih persaudaraan harus terus tinggal, atau peliharalah terus kasih persaudaraan)� Ibrani 13:1. Amin!


Oleh: Wawan Widjanarko