Latest News

Showing posts with label Ketertiban. Show all posts
Showing posts with label Ketertiban. Show all posts

Thursday, December 29, 2011

Ketertiban

K E T E R T I B A N
Kolose 2:5
Sebab meskipun aku sendiri tidak ada di antara kamu, tetapi dalam roh aku bersama-sama dengan kamu dan aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan keteguhan imanmu dalam Kristus

Pendahuluan
Dalam bahasa Indonesia, kata tertib bisa berarti teratur; aturan; rapi; peraturan yang baik. Sedangkan kata tertib dalam bahasa Yunani taksis, bisa berarti urutan tetap, pengalihan kekuasaan yang berurut (untuk imam), ketertiban, keteraturan (seperti dalam I Korintus 14:40, segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera, (33). Sedangkan kata keteguhan, stereoma, bisa berarti ketegasan. Jadi untuk dapat hidup dengan tertib maka kita harus dengan tegas menyatakan untuk melaksanakan ketertiban dalam segala aspek kehidupan kita.

Pesan Rasul Paulus
Dalam I Tesalonika 5:14, rasul Paulus menegaskan: �Kami juga menasehati kamu, Saudara-saudara, tegurlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah (paramutheomai, menghibur, menguatkan hati) mereka yang tawar hati, belalah (antechomai, bertingkah setia terhadap; memegang teguh; membantu) mereka yang lemah (asthenes, sakit; tidak berdaya), sabarlah terhadap semua orang.
Kata tidak tertib dalam bahasa Yunani dikatakan ataktos, yaitu malas, mengacu pada orang yang tidak mau bekerja dan suka mencampuri urusan orang lain (periergazomai, mengerjakan yang sia-sia/hal-hal yang tidak berguna; mereka sibuk tetapi tidak melakukan apa-apa; mereka sibuk dengan hal-hal yang bukan urusannya sendiri), tidak disiplin, tidak mengikuti peraturan, pemberontak, II Tesalonika 3:11. Mereka aktif  bahkan hiperaktif tetapi tidak produktif. Bila kita menemui orang yang demikian ayat 6 berpesan agar kita menjauhkan diri darinya.
Sedangkan kata �tawar hati� dalam bahasa Yunani dikatakan oligopsuchos, yang bisa berarti kecil hati, penakut, berjiwa kerdil, yaitu kepastian pikiran, emosi dan tekadnya sempit dan lemah. Secara umum lemah disini mengacu kepada orang yang lemah baik rohnya, jiwanya, tubuhnya, ataupun imannya.
Dalam Roma 14:1, dikatakan: �Terimalah orang yang lemah (astheneo, sakit) imannya tanpa (proslambano, menerima [dalam persekutuan] tanpa syarat) mempercakapkan (diakrisis, pemisahan; penilaian; perselisihan pendapat; kemampuan untuk membedakan) pendapatnya (dialogismos, pertimbangan, keragu-raguan, pikiran, akal; rencana [kotor]; pertikaian). Roma 15:1 mengatakan: �Kita yang kuat (dunatos, berkuasa, sanggup; sekiranya mungkin, sedapat-dapatnya; orang yang berwenang/berpengaruh; orang yang kuat imannya; mahir), wajib (opheilo, harus, patut; berhutang; bersalah terhadap) menanggung (bastazo, membawa, memikul; menunjang; mengambil; melepaskan [kasut]) kelemahan orang yang tidak kuat (adunatos, tidak berdaya; tidak mungkin, mustahil) dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.
Dalam II Timotius 1:7 dikatakan, �Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang memberikan kekuatan, kasih dan ketertiban.
Kata �ketakutan� dalam bahasa Yunani dikatakan deilia, yang bisa berarti ketakutan, kekecutan, sifat pengecut. Sedangkan Allah tidak pernah memberikan roh semacam itu kepada orang percaya, melainkan roh ketertiban. Kata �ketertiban� dalam bahasa Yunani dikatakan sophronismos, yang berarti kebijaksanaan, peguasaan/pengendalian diri, pertimbangan yang matang. Roh semacam inilah yang diberikan oleh Allah kepada setiap orang percaya.

Sebuah persyaratan bagi para pelayan Tuhan
Demikian juga bagi pengawas jemaat dituntut adanya sophronismos. Untuk itu dalam I Timotius 3:2 dikatakan: �Karena itu pengawas (episkopos, pemimpin, uskup, penilik, pemelihara) jemaat haruslah seorang yang dapat menahan diri (nephalios, yang jiwanya/pikirannya tenang; dapat menjaga diri; bukan peminum), bijaksana (sophron), pandai mengajar (didaktikos, cakap mengajar) orang.� Begitu juga bagi para penilik jemaat di Titus 1:8 dituntut adanya sophronismos yaitu: bijaksana, adil, dapat menguasai diri. Anak-anaknya hidup dalam iman dan hidupnya tertib, ayt 6. Orang-orang muda yang terjun dalam pelayanan pun dituntut supaya mereka dapat menguasai diri dalam segala hal, 2:8. Mengingat sudah banyak orang yang hidupnya tidak tertib, 1:10.

Penutup
Bagi orang-orang yang hidupnya tidak tertib biasanya menjadi pengacau bagi banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapatkan keuntungan yang memalukan. Untuk itu, Paulus berpesan kepada Titus dan kepada kita semua agar orang-orang semacam itu ditutup mulutnya (epistamizo, mendiamkan), 1:11. 


                                                                                                                                                 Oleh: Wawan Widjanarko