Latest News

Showing posts with label Kemurmian. Show all posts
Showing posts with label Kemurmian. Show all posts

Thursday, December 29, 2011

Kemurnian

K E M U R N I A N
I Timotius 5:22
Janganlah engkau terburu-buru menumpangkan tangan atas seseorang dan janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu.

Pendahuluan
            Dalam bahasa Indonesia, kata kemurnian berasal dari kata dasar murni yang berarti asli atau suci. Dalam Alkitab, biasanya menterjemahkan kata akar tsaraph, tapi juga terjemahan bagi salah satu kata tahor, barar, katharos, hagnos dan eilekrineia. Kata ini dipakai juga untuk adolos, yang hanya terdapat dalam I Petrus 2:2 saja, dan untuk aproskopos, terdapat tiga kali. Kata zak yang kurang biasa untuk pemurnian logam, juga diterjemahkan �murni� dalam Ayub 11:4.

Pemurnian logam
            Di jaman dahulu, logam tambang biasanya dilebur untuk menyingkirkan kotorannya, kemudian dituangkan ke dalam cetakan, misalnya alat-alat, senjata, patung, dan sebagainya. Logam itu dilebur di kuali tanah liat dalam dapur penempaan, dan puputan sering dipakai untuk mendapatkan hembusan angin keras, supaya temperaturnya menjadi tinggi dan besar.

Sabda Allah yang murni
            Menurut II Samuel 22:31 dan Mazmur 18:31 mengatakan, �Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; sabda TUHAN itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.� Semua firman Allah adalah murni, Amsal 30:5. Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah, Mazmur 12:7. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya, 19:9.

Pemurnian Allah
            Dalam Maleakhi 3:2-3 dikatakan, �Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN.�
Karena perak Yerusalem sebagai kota kudus Allah yang sudah tidak murni lagi, dan araknya bercampur dengan air, maka Allah akan bertindak terhadapnya: �Aku akan memurnikan perakmu dengan garam soda, dan akan menyingkirkan segala timah dari padanya, Yesaya 1:22, 25. Tetapi di lain pihak Allah mengatakan, �Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan, 48:10.
            Maka di seluruh negeri, demikianlah firman TUHAN, dua pertiga dari padanya akan dilenyapkan, mati binasa, tetapi sepertiga dari padanya akan tinggal hidup. Aku akan menaruh yang sepertiga itu dalam api dan akan memurnikan mereka seperti orang memurnikan perak. Aku akan berkata: Mereka adalah umat-Ku, dan mereka akan menjawab: TUHAN adalah Allahku!�, Zakharia 13:8-9.
            Sebagian dari orang-orang bijaksana itu akan jatuh, supaya dengan demikian diadakan pengujian, penyaringan dan pemurnian di antara mereka, sampai pada akhir zaman; sebab akhir zaman itu belum mencapai waktu yang telah ditetapkan, Daniel 11:35. Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorang pun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya, 12:10.
Aku telah membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan, sebagai benih yang sungguh murni, Yeremia 2:21. Orang yang murni hatinya merupakan salah satu syarat untuk boleh naik ke gunung TUHAN dan boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus, Mazmur 24:3-4. Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak, 66:10.

Hikmat yang murni
            Menurut Yakobus 3:17, hikmat yang dari atas pertama-tama murni (hagnos, bersih secara ritual/moral) selanjutnya suka damai, pendamai (eirenikos, penuh damai), peramah (epieikes, baik budi, baik hati, lemah-lembut, bersikap suka mengalah), penurut (eupeithes, yang taat, pengalah, terbuka untuk nasehat yang baik), penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik (anupokritos, yang tidak pura-pura; tulus ikhlas).

Kemurnian dalam perkawinan rumah tangga
            Menurut Wahyu 14:4, mereka itu tidak mencemarkan (moluno, menodai) dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan (parthenos, mereka yang tidak bercela [sebab tidak menyembah berhala]; mereka yang tidak kawin) yang selalu mengikuti Anak Domba kemana pun Ia pergi. Menurut Matius 19:12, memang ada orang yang membuat dirinya demikian atas kemauannya sendiri (eunouchizo, menyidai, mengebiri; menjadikan tidak [dapat] kawin) oleh karena Kerajaan Sorga. Hal ini bisa saja terjadi karena memang ada orang-orang tertentu yang telah menerima karunia hidup membujang dari Allah, sehingga mereka mampu tidak menikah karena Kerajaan Surga. Di antaranya adalah Paulus, ia menyarankan kepada para pria yang tidak kawin atau belum kawin (yaitu gunaikos aptomai, menyentuh seorang perempuan [maksudnya: bersetubuh]) dan para janda supaya mereka tetap tinggal dalam keadaannya itu, I Korintus 7:1, 7-8, 25, agar ia lebih berbahagia, 40. Tetapi Paulus juga menganjurkan bagi mereka yang tidak dapat menguasai diri (egkrateuomai, bertarak, mengekang diri, menghindari [tindakan jahat]), lebih baik kawin daripada hangus karena hawa nafsu, (9). Demikian juga bagi para janda yang masih muda Paulus menganjurkan untuk menikah lagi, beroleh anak, dan memimpin rumah tangganya sendiri, daripada membiasakan diri hidup bermalas-malasan (argos, menganggur; kosong; sia-sia), suka bergunjing, dengan keluar masuk ke rumah orang lain, mencampuri urusan orang lain dengan mengatakan hal-hal yang tidak pantas, sehingga memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama anak-anak Tuhan. Karena beberapa janda telah tersesat mengikuti iblis, I Timotius 5:13-15.
            Dalam I Timotius 5:2, Paulus berharap agar para perempuan tua bersikap sebagai seorang ibu, dan para perempuan muda sebagai adiknya dengan penuh kemurnian. Dengan menempatkan ibadah sebagai gaya hidup kekudusan, tidak memfitnah, tidak menjadi hamba anggur (oinoi polloi dedoulomenas, yaitu bukan sekedar kecanduan, tetapi diperbudak banyak anggur), melainkan menjadi pengajar hal-hal yang baik (memberikan petunjuk yang baik), mendidik (sophronizo, melatih, mengajar, menasehati [mengembangkan pengambilan keputusan yang tepat dan pengaturan supaya menjadi bijaksana] yang membuat pikiran orang menjadi jernih, sehat dan normal; membetulkan perasaan seseorang) para perempuan muda menjadi orang yang mengasihi suami dan mengasihi anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci (agnos, murni, bersih [secara ritual atau moral]), rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar firman Allah tidak dihujat orang, Titus 2:3-5.
            Baik Paulus maupun Petrus menginginkan agar para istri tunduk kepada suaminya dalam segala sesuatu, seperti tunduk kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, jika mereka melihat bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu, I Petrus 3:1-2, Efesus 5:22-24, Kolose 3:18-19.
            Walaupun para suami bukanlah juruselamat para istri mereka sebagaimana Kristus adalah Juruselamat gereja, para istri tetap harus tunduk kepada suami mereka sebagaimana gereja tunduk kepada Kristus. Antara taat dan tunduk itu berbeda. Pada ketaatan, penekanannya adalah pada sikap memenuhi permintaan; sedangkan pada sikap tunduk, penekanannya adalah pada mengambil sikap atau kedudukan sebagai bawahan. Dalam hal yang berhubungan dengan dosa, para istri tidak seharusnya mentaati suami mereka. Namun para istri harus tetap tunduk kepada suaminya. Tetapi kebanyakan para istri pada saat itu lebih menghargai dan menghormati suami-suami orang lain, demikian juga para suami tidak boleh membanding-bandingkan istrinya dengan istri-istri orang lain.

Kemurnian hidup pelayanan Rasul Paulus
            Ketika Paulus dihadapkan ke Mahkamah Agama (sunedrion, Sanhedrin yaitu suatu dewan urusan agama dan sipil yang terdiri dari Imam Besar, tua-tua, ahli hukum, dan ahli Taurat. Ini adalah mahkamah yang paling tinggi di kalangan orang Yahudi, Lukas 22:66, Kisah Para Rasul 4:5-6, 5:34), karena mengharapkan kebangkitan orang mati, atas tuduhan orang-orang Yahudi, maka sambil menatap para anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata, �Saudara-saudara, sampai hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni (pasei suneidesei agathei, dengan hati nurani yang bersih; arposkopos, yang tidak bercacat; murni; hati nurani yang baik; tak bercela) dihadapan Allah.� Kisah Para Rasul 22:30, 23:1, 6, dan manusia, 24:16.
            Paulus mengatakan dalam II Korintus 1:12, �Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati (suneidesis, kesadaran) kami memberi kesaksian (marturion, bukti) kepada kami bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan (aplotes etos, sikap murah hati; ketulusan yang ikhlas; kesetiaan dengan segenap hati) dan kemurnian (eilikrineia, kebersihan [secara moral]) dari Allah (tou Theou, kemurnian ilahi, yang Allah berikan/tuntut) bukan oleh hikmat duniawi (sarkikos, bersifat daging; bagian dari dunia ini; tidak di bawah kuasa Roh Kudus; fana; jasmani; manusiawi [berdosa, lemah]), tetapi oleh kekuatan anugerah Allah.�
Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang menjajakan (memalsukan untuk mencari keuntungan dari; mengobral, menjual dengan harga murah, menjajakan barang dagangan. Aslinya, kapeleuontes, ini mengacu kepada memperdagangkan, mengecerkan, penjualan barang-barang yang kurang baik dengan harga yang tinggi dengan tipu daya penjaja kelas bawahan) firman Allah. Sebaliknya, dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan dihadapan-Nya, 2:17.
            Oleh sebab itu Paulus meminta supaya jemaat berdoa terus untuknya, sebab ia yakin bahwa hati nuraninya (suneidesis, kesadaran, suara hati; en pasin, di dalam segala hal) murni (kalos, secara yang bagus/baik; [dalam arti moral] tanpa cela), karena di dalam segala hal ia menginginkan hidup yang baik, Ibrani 13:18.
            Aku mengucap syukur kepada Allah yang kulayani dengan hati nurani yang murni (katharos, halal, bersih) seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan aku selalu mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam, II Timotius 1:3.       
            Sebab itu Paulus menghimbau, jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai sejahtera bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni, 2:22.
            Selanjutnya ajakan Paulus, marilah kita berpesta (eortazo, merayakan hari raya, mungkin mengacu kepada Hari Raya Roti Tidak Beragi sebagai kelanjutan dari Paskah, Keluaran 12:15-20), bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian (eilikrineia, kebersian [secara moral]) dan kebenaran, I Korintus 5:8.
            Karena Paulus melihat ada beberapa orang yang telah menolak (apotheomai, menyingkirkan) hati nuraninya yang murni dan karena itu kandaslah (nauageo, gagal [dalam kecelakaan kapal], mengalami kapal karam) iman mereka, I Timotius 1:19.

Nasehat yang murni
            Menurut I Tesalonika 2:3, nasehat yang murni ialah nasehat (paraklesis, peringatan, penghiburan, anjuran untuk percaya) yang tidak hadir dari kesesatan (penyesatan) atau dari maksud yang tidak murni (akatharsia, kenajisan, kecemaran) dan juga tidak disertai tipu daya (en dolos, dengan cara tipuan, tipu muslihat). Tujuan nasehat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci (katharos, tahir, bersih, halal, murni), dari hati nurani (suneidesis, kesadaran) yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas, serta memperjuangkan perjuangannya (sebagaimana hidup seorang tentara), I Timotius 1:5, 18, dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati (kebaikan hati): dalam Roh Kudus dan kasih yang tulus ikhlas (anupokritos, yang tidak munafik), II Korintus 6:6.
            Allah memberi nasehat kepada jemaat di Laodikia, supaya membeli emas yang telah dimurnikan dalam api dari Allah, agar menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya dipakainya, agar tidak kelihatan ketelanjangannya yang memalukan, dan minyak untuk melumas matanya, supaya dapat melihat, Wahyu 3:18.

Nasehat-nasehat Petrus dalam hal kemurnian
            Dalam I Petrus 2:2-3, Petrus menasehatkan, �Jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu menginginkan air susu yang murni (adolos, yang tanpa tipuan) dan rohani (logikos, rasionil, yang berakal budi, sejati), supaya olehnya kamu bertumbuh (auksano, memperbanyak, menumbuhkan, menjadi besar, sudah tumbuh) dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengalami (geuomai, mengecap, mencicipi; makan; mencoba) bahwa Tuhan itu baik (chrestos, baik hati, penuh belas kasihan).�
            Demikian juga dalam 3:16, Petrus menasehatkan agar kita tidak perlu takut menderita untuk kebenaran oleh kehendak Allah seperti yang telah dilakukan oleh Kristus, �dan dengan hati nurani (suneidesis, kesadaran) yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena perilakumu yang baik dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan (epereazo, menghina, mencaci, menyiksa) mereka itu.�  
            Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu - yang jauh lebih tinggi (polutimos, mahal, bernilai tinggi) nilaianya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya (dokimion, yang tahan uji) dengan api - sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan (apokalupsis, menyingkapkan, wahyu) diri-Nya kelak, 1:7.
            Dalam kedua suratnya, Petrus menyajikan lima hal berharga bagi kita: (1) batu karang yang adalah Yesus sendiri (2:4, 6-7); (2) darah yang mahal (19); (3) janji-janji yang berharga (II Petrus 1:4); (4) iman yang berharga (1:1); (5) pengujian yang berharga (7)

Penutup
            Lalu bagaimana dengan ibadah yang murni itu? Menurut Yakobus 1:27, �Ibadah yang murni (katharos, tahir, halal, bersih) dan tidak bercacat (amiantos, tanpa noda, tak tercemar [dalam arti ritual dan moral]) dihadapan Allah, Bapa kita ialah mengunjungi (episkeptomai, mengindahkan) yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya diri sendiri tidak dicemarkan (aspilos, [yang] tak bercacat) oleh dunia.�
            Lakukanlah itu, niscaya kita akan berbahagia!

                                                                                                                           Oleh: Wawan Widjanarko