Latest News

Showing posts with label Kepemimpinan. Show all posts
Showing posts with label Kepemimpinan. Show all posts

Saturday, December 31, 2011

P E N G A Y O M A N

P E N G A Y O M A N

  1. Pentingnya kepemimpinan
            Tuhan menempatkan pemimpin baik di dalam negara, gereja, maupun di dalam keluarga untuk kebaikan, Roma 13:4. Tanpa adanya kepemimpinan yang baik pasti akan timbul kekacauan. Menurut Hakim-Hakim 17:6, 21:25, yang terjadi apabila tidak ada raja/pemimpin maka setiap orang akan berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Sedangkan orang semacam ini disebut sebagai pendurhaka/pemberontak yang menurut I Samuel 15:23 sama dengan penyembah berhala. Tuhan Yesus mengumpamakan mereka itu seperti domba (probaton, biri-biri) yang tidak bergembala (poimen, berpendeta) sehingga menjadi lelah (skullo, menyusahkan diri, mengganggu, resah, risau; keadaan domba yang ditinggalkan oleh gembalanya yang jahat) dan terlantar (rhipto, melemparkan, membuang, mencampakkan; tidak berdaya; seperti keadaan domba yang dikulitu oleh gembalanya yang kejam, sehingga menderita sakit/kesakitan), Matius 9:36. Hidup tidak terarah yang dapat menyebabkan kesesatan dan diterkam binatang buas.

  1. Pola kepemimpinan dalam Gereja
            Di dalam Alkitab, Allah mengatur pola kepemimpinan bersifat jamak, bukan tunggal. Tujuannya agar mereka dapat menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan lebih baik karena terhindar dari kesalahan yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Hal ini tercermin dalam pola kepemimpinan Musa dengan menetapkan 70 orang tua-tua untuk memimpin secara bersama-sama, Keluaran 24:1, Bilangan 11:16-17. Karena secara rohani, justru dengan pola kepemimpinan bersama terletak kuasa rohani yang lebih besar pula, Matius 18:19-20, Pengkhotbah 4:9-12.
            Dalam Alkitab, para pemimpin jemaat disebut penatua, yang jumlahnya selalu lebih dari satu orang. Dalam Kisah Para Rasul 14:23 disebutkan bahwa di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan (cheirotoneo, mengangkat, menunjuk seseorang; memilih dengan mengacungkan tangan) penatua-penatua bagi jemaat. Karena itu Paulus menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus yang jaraknya 48 Km dengan pesan supaya �para penatua jemaat� datang (metakaleomai, memanggil, menyuruh datang; memanggil [supaya datang) ke Miletus, 20:17. Demikian juga Titus selalu mengatur dan menetapkan (kathistemi, menetapkan sebagai pimpinan, mengangkat, menjadikan diri) para penatua di setiap kota sesuai dengan pesan (diatasso, mengatur, menetapkan, memesankan, menyediakan) Paulus, Titus 1:5.
            Dalam Alkitab, keputusan harus diambil berdasarkan keputusan kesepakatan bersama. Apabila tidak tercapai kata sepakat, para pemimpin berdoa mencari kehendak Tuhan. Dalam hal seperti ini, penting sekali peranan dari orang yang diurapi Tuhan dengan wibawa rohani yang lebih tinggi. Hal ini nampak dalam kepemimpinan rasul Petrus di antara para rasul yang lain dalam menyelesaikan setiap masalah yang rumit, Kisah Para Rasul 5:1-10, 15:5-21.
            Penentuan siapa yang dianggap lebih senior di antara para penatua yang ada, tidak akan menjadi masalah apabila para penatua yang ditetapkan adalah orang-orang yang dapat dipertanggungjawabkan kerohaniannya. Sebab justru dalam kedewasaan rohani mereka akan bersikap peka kepada pimpinan Tuhan, Filipi 2:3.
            Tujuan dari pola kepemimpinan jamak adalah:
  1. Saling melengkapi, karena tidak ada pemimpin yang sempurna.
  2. Saling mengayomi, supaya mereka tidak mengalami kejatuhan.
  3. Terjadinya keseimbangan dalam pola/gaya kepemimpinan, sehingga keperluan jemaat terpenuhi.

  1. Penatua dan Diaken
            Kepemimpinan dalam jemaat lokal ditaruh di atas bahu para penatua. Merekalah yang bertanggung jawab untuk menggembalakan dan mengawasi/menilik jemaat, sebagaimana yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 20:28, I Petrus 5:1-2.
            Jagalah (prosecho, memperhatikan dengan baik-baik, waspada terhadap; melayani sebagai imam, berhati-hati) dirimu, dan jagalah seluruh kawanan (poimnion, kawanan [domba]; jemaah), karena kamulah yang ditetapkan (tithemi, diletakkan, ditempatkan, ditaruh, ditentukan, diputuskan) Roh Kudus menjadi pengawas (episkopos, penilik, para penatua gereja) untuk menggembalakan (poimaino, memerintah) jemaat Allah yang diperoleh (peripoieomai, didapatkan, diselamatkan [nyawa])-Nya dengan darah-Nya sendiri, Kisah Para Rasul 20:28.
            Aku menasehatkan para penatua (presbuteros, para penilik jemaat, pengetua; yang lebih tua; tertua; orang yang tua) di antara kamu, aku sebagai teman penatua (sumpresbuteros, sesama penatua) dan saksi (martus, martir, syahid) penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan (apokalupto, disingkapkan, membuka [rahasia]) kelak. Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah (kata theon, sesuai dengan [perintah/cara] Allah), dan jangan karena mau mencari keuntungan (aischrokerdos, dengan serakah, dengan semangat mencari keuntungan yang tidak jujur), tetapi dengan pengabdian diri (prothumos, dengan kesudian, dengan semangat, dengan hasrat), I Petrus 5:1-2.
            Sebutan sebagai penatua itu merupakan status, penilik jemaat merupakan tugasnya, sedangkan gembala merupakan fungsinya. Jadi seorang pemimpin jemaat itu menyandang tiga sebutan itu sekaligus.
            Di dalam menjalankan fungsi penggembalaannya, para penatua (presbyteros, berasal dari kata syn = bersama-sama dan hodos = sama-sama jalan, satu jalan [dalam Kristus], dapat diartikan sehidup dan sepelayanan yang baru ada sekitar tahun 45 M) dibantu oleh para diaken (sudah ada sejak tahun 33 M) yang bertugas melayani jemaat dalam keperluan jasmani/duniawi. Sehingga para penatua berkonsentrasi khusus dalam hal doa dan pelayanan firman, Kisah Para Rasul 6:2-4. Dalam hal rumah tangga, seorang diaken haruslah suami dari satu istri dan mengurus anak-anak dan keluarganya dengan baik, I Timotius 3:12. Sedangkan para wanita yang melakukan tugas pelayanan sebagai diaken disebut diakones.
  1. Lima karunia pelayanan
            Lima karunia pelayanan menurut Efesus 4:11, terdiri dari rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar. Tugas mereka adalah untuk memperlengkapi (katartismos, pelengkapan, penyempurnaan) orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan (diakonia, pelayanan diaken; sumbangan, bantuan), bagi pembangunan tubuh Kristus, ayt. 12.
            Itulah sebabnya mengapa apabila ada anggota jemaat yang melakukan pelanggaran terhadap kebenaran firman Tuhan ditertibkan oleh para penatua.

  1. Tanggungjawab pemimpin jemaat
            Secara umum tugas penatua atau pemimpin jemaat adalah:
  1. Memimpin (proistamai, berwenang terhadap [sesuatu hal], mengurus; membantu, memperhatikan; melakukan [sesuatu]), I Timotius 5:17.
  2. Memberi makanan rohani yang baik, Mazmur 23:1-3.
  3. Menjaga (prosecho, waspada/berhati-hati terhadap, memperhatikan dengan baik-baik; melayani sebagai imam) kawanan domba dari bahaya, Kisah Para Rasul 20:28.
  4. Merawat kerohanian jemaat, Yehezkiel 34:16.
  5. Menjadi teladan (tupos, contoh, pola, patokan), I Petrus 5:3.
Dengan demikian pemimpin jemaat bertanggungjawab dalam menentukan arah atau visi, serta menjaga agar arah yang ditempuh jemaat tetap sesuai dengan visi itu. Karena tugas dan tanggungjawab para penatua sangat besar, maka sebelum ditetapkan sebagai seorang penatua, ia harus diuji terlebih dahulu berdasarkan I Timotius 3:2-7 dan Titus 1:5-9.

  1. Tanggungjawab jemaat terhadap pemimpinnya, antara lain:
  1. Menghormati (oida, mengakui, mengetahui, mengerti; mengenal; mengingat) serta menjunjungnya dalam kasih, I Tesalonika 5:12-13.
  2. Mentaati (upeiko, tunduk, takluk, mengakui kekuasaannya) pemimpin mereka, Ibrani 13:17.
  3. Tidak tergesa-gesa menerima (paradechomai, menyambut) tuduhan terhadap mereka, I Timotius 5:19.
  4. Mengingat (mnemoneuo, menyebut, memberitakan tentang) mereka dalam doa, Ibrani 13:7.
Sebelum kita meminta nasehat kepada pemimpin jemaat, mintalah nasehat terlebih dahulu kepada mentor kita. Apabila mereka mengalami kesulitan maka mereka akan meneruskannya kepada pimpinan jemaat. Untuk itu para anggota jemaat harus mengingat kebutuhan harian mereka , karena waktu mereka digunakan secara penuh untuk melayani kita, Galatia 6:6, I Timotius 5:17-18.
 Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam firman, berbagi (koinoneo, mendapat bagian; ikut bertanggung jawab; membagi dengan) segala sesuatu yang baik dengan orang yang memberikan pengajaran (katecheo, memberitahu, mengajar) itu, Galatia 6:6.
Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. Bukankah Kitab Suci berkata: �Janganlah engkau memberangus (phimoo, mendiamkan [dibuat diam]; dalam tradisi Ibrani itu sebagai larangan keras) mulut lembu yang sedang mengirik,� dan lagi �seorang pekerja patut mendapat upah (misthos, ganjaran; harga)nya.� I Timotius 5:17-18.
Para pelayan yang sepenuh waktu melayani Tuhan, biasanya menerima tunjangan kehidupan dari persepuluhan. Mereka mengguakan sebagian dari persepuluhan itu dalam jumlah yang tetap dan wajar. Sedangkan kelebihannya mereka persembahkan kembali kepada Tuhan melalui gereja tempat mereka melayani.
Selama ini, sudahkah Anda dengan setia menggembalikan persepuluhan dari keuangan Anda kepada Tuhan melalui gereja di mana Saudara memperoleh pengayoman secara rohani?

                                                                                                               Oleh: Wawan Widjanarko