Latest News

Showing posts with label Ibadah. Show all posts
Showing posts with label Ibadah. Show all posts

Thursday, December 29, 2011

Meningkatkan Kwalitas Ibadah Menjelang Hari Tuhan

MENINGKATKAN KWALITAS IBADAH MENJELANG HARI TUHAN
Ibrani 10:25
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasehati,
dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Pendahuluan  
            Kata ibadah bisa berarti �pelayanan�, avoda dalam bahasa Ibrani, dan latreia dalam bahasa Yunani, pada mulanya menyatakan pekerjaan budak atau hamba upahan. Dalam rangka ibadah kepada Allah, maka para hamba-Nya harus tiarap (hisytakhawa dalam bahasa Ibrani, atau proskuneo dalam bahasa Yunani), disertai rasa takut penuh hormat, kekaguman yang menakjubkan penuh puja syukur.
            Ibadah kepada Allah dapat berupa penyerahan secara totalitas seluruh kehidupan kita kepada-Nya, Roma 12:1, atau dengan menunjukkan praktek belas kasihan (eleos, rahmat [Tuhan]) kepada sesama manusia, Lukas 10:35, 37, hidup berdamai dengan orang lain, Matius 5:23-24, tidak membedakan orang (sugchraomai, bergaul secara bersahabat [dengan], makan/minum dari satu mangkok [dengan], bergaul dengan [seseorang]), Yohanes 4:7, 9, atau mengunjungi (episkeptomai, mengindahkan, melawat, memilih) yatim piatu (orphanos, tidak berteman) dan janda-janda dalam kesusahan mereka, Yakobus 1:27.

Tata cara ibadah jemaat mula-mula
            Menurut Kisah Para Rasul 2:42, 46, 47, mereka bertekun (proskartereo, bertahan di dalam, menyibukkan diri dengan; berhubungan karib, melayani secara pribadi; menghabiskan banyak waktu) di persekutuan (koinonia, sumbangan) doa (proseuche, sembahyang) dalam pengajaran para rasul, setiap hari mereka berkumpul dalam Bait Allah dengan bertekun dan sehati (homothumadon, dengan suara bulat). Dan memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergiliran serta makan (trophes, mengambil makanan, jatah, catu) bersama-sama dengan gembira (agalliasis, kegembiraan, kesukaan) dan tulus hati (aphelotes, kesederhanaan, hati yang tulus ikhlas), sambil memuji Allah, dalam mazmur (psalmos, nyanyian pujian), kidung puji-pujian (humnos, himne, lagu rohani) dan nyanyian (ode, puji-pujian) rohani (pneumatikos, secara rohani, melalui bimbingan Roh). Bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan segenap hati, Efesus 5:19. Dengan segala hikmat mereka mengajar dan menegur (noutheteo, menasehati, memperingatkan) seorang akan yang lain dengan kebenaran firman Tuhan, serta pembacaan Kitab Suci dan penjelasannya, Kolose 3:16.
            Di dalam Perjanjian Baru ada beberapa rumah jemaat yang dipakai sebagai tempat ibadah. Roma 16:5, I Korintus 16:19. Kolose 4:15, di rumah Nimfa, Filemon 1:2, di rumah Filemon, Apfia adalah istri Filemon dan Arkhipus adalah anaknya.

Latar belakang Ibrani 10:25
            Kata �menjauhkan diri� egkataleipo bisa berarti meninggalkan, membiarkan atau mengabaikan. Bagi kaum beriman Ibrani pada saat itu, mengabaikan sidang, perhimpunan (episunagoge, pertemuan ibadah, jemaat) adalah mengabaikan berkontak dengan Allah dan gereja-Nya, dan kembali kepada Yudaisme, agamanya yang lama. Sebagai konsekwensinya adalah dosa yang mendatangkan penghakiman yang mengertikan di ayat 26-31.

Cara meningkatkan kwalitas ibadah
            Kita selain dilarang menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, diharapkan juga untuk saling menasehati seorang akan yang lain setiap hari, dengan tujuan supaya jangan ada di antara kita yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa, Ibrani 3:13.
            Saling memperhatikan (katanoeo, memandang [kepada]) juga merupakan cara yang baik untuk meningkatkan kwalitas ibadah kita, tujuannya ialah supaya kita saling mendorong (paraxusmos, dorongan/rangsangan) dalam kasih dan dalam perbuatan baik, Ibrani 10:24.
            Menjaga kehidupan yang tak bercacat (aproskopos, murni [tentang hati nurani]; tidak membuat marah, tidak menimbulkan syak), yaitu hidup dalam kesucian (eilikrines, bersih; murni; suci), Filipi 1:10, seluruh roh, jiwa dan tubuh terpelihara sempurna (olokleros, sehat, dalam keadaan utuh, tidak rusak) tanpa cacat (amemptos, tidak bercela), I Tesalonika 5:23, tidak beraib dan tidak bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah orang yang jahat (skolios, bengkok, tidak jujur [tentang orang]; berliku-liku [tentang jalan]; melengkung, terbelit) dan sesat (diastrepho, membelokkan; terbalik; menyesatkan; rusak tabiat) ini, sehingga kamu bercahaya (phainomai, menjadi nampak nyata, kelihatan, dinyatakan sebagai) di antara mereka seperti bintang-bintang (phoster, sumber cahaya; kecemerlangan [batu permata]) di dunia, Filipi 2:15, II Petrus 3:14, sampai pada hari kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus, I Korintus 1:8. I Tesalonika 3:13, juga merupakan cara meningkatkan kwalitas ibadah kita. Misalnya dengan menjauhkan diri dari percabulan (porneo, perzinahan [hubungan seksual yang tidak sesuai dengan hukum/adat Yahudi dan Romawi], pelacuran [disini hidup sebagai layaknya suami istri; telah kawin dengan ibu tirinya]) dan kesombongan (pusioo, menggembungkan diri; menganggap diri penting), I Korintus 5:1, 2, 5, I Tesalonika 4:3-7.

Beberapa pertanyaan tentang hidup dalam kekudusan
            Mengapakah standart Allah begitu tinggi? Sebab sebelum dunia dijadikan (katabole, permulaan, pendirian [dasar]), di dalam Yesus, Allah telah memilih kita supaya kita kudus dan tak bercacat dihadapan-Nya, Efesus 1:4, karena Yesus sebagai Imam Besar yang saleh (husios, kudus), tanpa salah (akakos, tulus hati, polos, tidak bersalah), tanpa noda (amiantos, tidak tercemar, tidak bercacat [dalam arti ritual/moral]), terpisah (chorizo, memisahkan diri, meninggalkan, berangkat; diambil, pergi) dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi (upselos, di surge, agung, hal yang dinilai tinggi, di atas) daripada tingkat-tingkat surga (surga dipahami sebagai suatu ruangan yang bertingkat-tingkat [bandingkan dengan II Korintus 12:2]), Ibrani 7:26. Apakah tujuannya? Supaya dihadapan-Nya, jemaat diposisikan pada tempat yang cemerlang (endoxos, mulia, indah) tanpa cacat (spilos, noda, cela) atau kerut atau yang serupa itu, yaitu kudus dan tidak bercela, Efesus 5:27, Kolose 1:22. Dalam Kidung Agung 4:7, diibaratkan seperti seorang dara yang sangat cantik sekali, tidak ada cacat celanya. Mengapakah kita harus hidup dalam kekudusan? Karena tanpa kekudusan, tidak seorang pun akan melihat Tuhan, Ibrani 12:14.

Yang perlu diperhatikan dalam ibadah
            Jangan sampai ibadah itu hanya memuliakan Tuhan dengan mulut dan dibibir saja, tetapi hatinya jauh dari pada Allah. Ibadah semacam ini menurut Yesaya 29:13, hanyalah perintah manusia. Contoh ibadah buatan sendiri itu menurut Kolose 2:23, misalnya merendahkan diri dan menyiksa diri yang tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadahnya, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Paulus menyarankan dalam II Timotius 3:5, agar kita menjauhinya. Menurut Tuhan Yesus, percuma model ibadah semacam itu, Matius 15:7-9, Markus 7:7.
            Selain dari pada itu, kita juga tidak boleh membuat patung model apapun, apalagi sampai sujud menyembah atau beribadah kepadanya, karena Dia adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya sampai pada keturunan yang keempat, Keluaran 20:4-5, Ulangan 5:8-9. Dan semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, Mazmur 97:7. Tetapi kita justru harus memusnahkan dan meremukkannya sama sekali, Keluaran 23:24. Menurut Yosua 23:7, kita juga tidak boleh bergaul dengan mereka. Kita juga dilarang beribadah kepada malaikat, Kolose 2:18, karena malaikat hanyalah utusan Allah semata, Kejadian 24:7, Keluaran 23:20, 32:2.

Sikap dalam ibadah
            Sikap kita dalam ibadah seharusnya dengan tulus ikhlas dan rela hati, I Tawarikh 28:9, dengan takut dan mencium kaki-Nya dengan gemetar, Mazmur 2:11, yaitu dengan penuh hormat (eulabeia, kesalehan, rasa segan, ketakutan kepada Allah), Ibrani 12:28, dengan sukacita dan sorak sorai, Mazmur 100:2, dengan bahu-membahu atau sehati, Zefanya 3:9, dengan berpuasa (nesteia, kelaparan; waktu puasa) dan berdoa (deesis, permohonan [ tentang sesuatu]), Lukas 2:37, berdandan dengan perbuatan baik, I Timotius 2:10. Kata ibadah disini mengacu rasa hormat kepada Allah dan taqwa kepada-Nya sebagaimana sepatutnya orang yang menyembah Allah dengan penuh kesalehan, theosebia.
Dengan mengekang (chalinagogeo, mengendalikan) lidah, Yakobus 1:26. Kata beribadah disini mengacu kepada pelayanan dan penyembahan yang berupa upacara kepada Allah (menyiratkan rasa takut akan Allah) dengan sikap saleh, threskos. Yaitu seperti tidak memfitnah (diabolos, seperti iblis yang mempunyai sifat pemfitnah), tidak menjadi hamba anggur (budak banyak anggur) melainkan menjadi pengajar hal-hal yang baik (kalodidaskalos, mengajarkan apa yang baik; memberikan petunjuk yang baik), misalnya; mendidik (sophranizo, melatih, mengajar, menasehati [mengembangkan pengambilan keputusan yang tepat dan pengaturan supaya menjadi bijaksana] untuk; membuat pikiran orang menjadi jernih, sehat dan normal; membetulkan perasaan seseorang) perempuan-perempuan muda mengasihi suami (philandros, mencintai suaminya) dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci (agnos, murni, bersih [secara ritual dan moral]), rajin mengatur rumah tangga (oikourgos, senang mengatur rumah tangga), baik hati dan taat (hupotasso, mengebawahkan, mengambil tempat rendah, menaklukkan, menundukkan; takluk kepada; mematuhi, menaati, menerima perintah dari) kepada suaminya, agar firman Allah jangan dihujat (blasphemeo, dijelek-jelekkan, dicela, menghujat, memfitnah) orang, Titus 2:3-5, 12.
              
Alasan kita meningkatkan kwalitas ibadah
            Menurut I Timotius 3:16, sesungguhnya (homologoumenos, menurut pendapat semua, diakui secara/oleh umum, di luar perbantahan, tanpa perbedaan pendapat) agunglah rahasia ibadah (eusebeia, kesalehan, perbuatan-perbuatan/hidup yang saleh) kita. I Timotius 4:8 menjelaskan lebih lanjut bahwa, ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. Dan memberi keuntungan besar, I Timotius 6:6.
            Alasan utamanya ialah karena kedatangan Tuhan yang semakin dekat. Sebab saat hari Tuhan dinyatakan, setiap pekerjaan orang akan nampak setelah diuji oleh api. Pekerjaan yang tahan uji (tetap tinggal) tentu berasal dari emas, perak dan batu permata (Ayub 23:10, Zakharia 3:9, Maleakhi 3:2-3, I Korintus 3:12, I Petrus 1:7). Itulah yang akan mendapat upah, I Korintus 3:13, 14. Tetapi jika berasal dari kayu, semak dan rumput duri yang kering atau jerami, Maleakhi 4:1, I Korintus 3:12, Ibrani 6:8, maka pekerjaannya akan mudah terbakar (katakaio, melahap [dengan api]), dan ia akan menderita kerugian (zemioo, kehilangan, dirugikan), I Korintus 3:15.  
Matius 16:27, II Korintus 5:10, Wahyu 11:18, 22:12, menyatakan bahwa kita semua harus menghadap takhta pengadian Kristus untuk memperoleh apa yang patut diterimanya sesuai dengan yang dilakukan dalam hidupnya, baik ataupun jahat. Ayat ini bukan berbicara masalah penghakiman tentang keselamatan kekal, tetapi mengenai pahala, bagi mereka yang beriman kepada Tuhan Yesus sampai akhir akan mendapatkan mahkota (stephanos, rangkaian bunga sebagai penghargaan; hadiah, upah, pemberian; alasan untuk berbangga atau bermegah) kebenaran, II Timotius 4:7-8, sedangkan bagi yang tahan uji (dokimos, bertahan dalam pencobaan [ketahanan iman kaum beriman]; dihormati) akan menerima mahkota kehidupan, Yakobus 1:12, Wahyu 2:10, yang menjadi teladan bagi kawanan domba, akan menerima (komizo, mencapai, membawa, memperoleh) mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu (dalam kecantikan dan kemuliaannya tidak pudar), I Petrus 5:4, yang tidak dapat binasa (aphthartos, abadi, kekal, tidak dapat hancur/rusak), yang tidak dapat cemar (amiantos, tidak bercacat; dalam kemurniannya tidak bernoda), yang tersimpan di sorga bagi kamu (terpelihara sebagai hasil penjagaan), I Petrus 1:4, yaitu mahkota yang abadi, bukan mahkota yang fana, yang terbuat dari daun bagi sang juara perlombaan atletik pada masa itu, I Korintus 9:25. Bahkan Musa sekalipun memandang akan pahala ini, Ibrani 11:24-26.
Dalam Wahyu 3:11, Tuhan Yesus mengingatkan, �Aku datang segera (tachu, secepat mungkin; segera setelahnya). Peganglah terus apa yang ada padamu, supaya tidak seorang pun mengambil mahkotamu.� Ibrani 10:35 menambahkan, �Sebab itu, janganlah kamu melepaskan (apoballo, membuang, kehilangan, menghilangkan, menanggalkan [pakaian]) kepercayaanmu, karena besar upah (misthapodosia, balasan) yang menantinya.� Mahkota selalu mengacu kepada pahala di luar karunia keselamatan. Dan kelak bukan hanya Paulus saja yang bermegah (kauchema, kemegahan; apa yang dimegahkan; dasar untuk bermegah-megah/menyombongkan diri) atas orang-orang percaya,. II Korintus 1:14, sebagai mahkota kemegahannya, I Tesalonika 2:19, tetapi mereka juga akan langsung menerima pujian (epainos, hormat; hal yang patut dipuji; yang patut ia terima) dari Allah sendiri, I Korintus 4:5.
            Hari Tuhan yang semakin dekat itu diibaratkan seperti seorang pencuri yang datang dengan tiba-tiba, I Tesalonika 5:4, II Petrus 3:10, Wahyu 3:3, 16:15, pada malam hari, Matius 24:43, I Tesalonika 5:2. Karena itu, berjaga-jagalah (gregoreo, hidup), sebab kamu tidak tahu pada hari mana (poios, merupakan kata ganti tanya, apa[kah]?, manakah?, yang mana?; bagaimanakah, seperti apa?) Tuhanmu datang, Matius 24:42. Sekali lagi dikatakan, �Karena itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.� Matius 24:44.     

Akibat bila kita beribadah kepada-Nya
            Menurut Keluaran 23:25-26 dikatakan, maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minummu serta menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu. Tidak ada perempuan yang keguguran atau mandul. Ia akan memberikan hujan tepat pada masanya sehingga kita akan mengalami panen raya, Ulangan 11:13-15. Sedangkan menurut II Tawarikh 30:8, supaya murka-Nya yang menyala-nyala undur dari padamu.    
            Tetapi apabila kita tidak beribadah kepada Allah, maka Ia juga tidak akan menyelamatkan kita, Hakim-Hakim 10:13. Kita justru akan dilenyapkan dan dibuang dari hadapan-Nya, I RajaRaja 9:6-9, II Tawarikh 7:19-22.

Akibat bila kita tidak meningkatkan kwalitas ibadah
            Memang menurut II Timotius 3:12, setiap orang (pantes ohi, semua orang [lain]) yang mau (bertekad) hidup beribadah (eusebos, secara saleh) di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, tetapi tidak ada pilihan lain. Menurut Ibrani 10:26, 27, sudah tidak ada lagi kurban untuk menghapus dosa kita. Sebaliknya yang ada ialah penantian (ekdoche, dugaan [tentang hukuman yang dikhawatirkan akan datang]) akan penghakiman yang mengerikan (phoberos, menakutkan) dan kobaran api yang dahsyat yang menghanguskan (esthio, menghabiskan; makan). Ayat 31 menambahkan, �Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam (empipto, jatuh di antara) tangan Allah yang hidup.�
            Maksud dari kata �tidak ada lagi kurban menghapus dosa� ialah karena semua kurban dari perjanjian lama telah diganti oleh Yesus sebagai satu-satunya kurban sempurna, satu kali untuk selama-lamanya, sehingga kurban atas semua dosa-dosa itu telah usai karena telah dihapus oleh Kristus, yang langsung masuk ke dalam surga menghadap hadirat Allah untuk kepentingan kita, setelah itu Kristus duduk disebelah kanan Allah, Yesaya 53:10-12, Yohanes 14:3, Efesus 5:2, Ibrani 7:27, 9:12, 14, 24, 28, 10:5, 10, 12, 19-20, 13:12, I Petrus 2:24, 3:18.
           
Penutup
            Karena itu, marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas (alethinos, sejati, benar) dan keyakinan (plerophoria, keyakinan [yang kuat], kepenuhan) iman yang teguh, karena hati kita telah dibersihkan (hrantizo, memerciki; menyiram; mandi; dimandikan atau disucikan) dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh (louo, mencuci, membasuh; dibasuh pada tubuh; mandi) dengan air yang murni (katharos, tahir, halal, jernih, bersih).
            �Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang datang (heko, tiba, telah datang, hadir), akan tiba dan tidak akan menangguhkan (chronizo, berlambat, menunda, lama tidak datang; tinggal lama) kedatangan-Nya. Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri (hupostello, mundur [dengan cabar hati]; menahan berita, berdiam tentang [sesuatu]), maka Aku tidak berkenan kepadanya.�
            Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri (hupostello, rasa kecil hati) dan binasa (apoleia, kebinasaan, orang yang harus binasa), tetapi orang-orang yang percaya dan beroleh (peripoiesis, pemerolehan, pemeliharaan, pemilik) hidup, Ibrani 10:22, 37-39.


                                                                                                                           Oleh: Wawan Widjanarko