Latest News

Wednesday, June 21, 2017

Mengandalkan Tuhan

Mengandalkan Tuhan

godwithusSeorang perempuan tua menceritakan tentang betapa senangnya dia hari itu karena dikunjungi oleh keluarganya. Meskipun sehari-hari dia hanya terbaring di tempat tidur karena lumpuh yang dideritanya beberapa tahun terakhir, tetapi keterbatasan itu tidak menghilangkan senyum di wajahnya. Ia justru mengajak keluarganya berdiskusi tentang situasi Indonesia terkini. Pikirannya tetap cemerlang dan ingatannya kuat akan berita-berita di televisi yang didengarnya. Ketika orang berkomentar bagaimana aktifnya dia mengikuti perkembangan berita, dia pun menjawab: saya berdoa biarlah saya tidak bisa berjalan tetapi tolong Tuhan jangan biarkan saya menjadi pikun. Dengan Tuhan sebagai andalannya dan sumber harapannya, ia bisa menjalani hari-harinya dengan damai. Keterbatasan yang dialaminya, tidak membuatnya mengubur diri dalam duka dan penyesalan diri.
Cerita perempuan tua tersebut bisa kita jadikan inspirasi. Ada banyak situasi di mana kita juga mengalami berbagai keterbatasan dalam beragam bentuk seperti kesehatan, kemampuan finansial, dan lain sebagainya. Kita sadar bahwa kita bukanlah manusia sempurna, tetapi seringkali kita lupa akan hal itu dan berlaku berlebihan. Kita kemudian mengandalkan diri sendiri, orang lain, kemampuan materi, kesehatan, maupun kepintaran. Hingga kemudian pada satu titik tertentu kita menyadari bahwa hal-hal tersebut dapat segera lenyap dan tidak bisa diandalkan. Perjalanan hidup terasa berat karena banyaknya tantangan ataupun derita.
Bila tantangan dan beban hidup yang kita rasakan semakin berat, mari kita mengingat Firman Tuhan yang menyatakan: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” Pernyataan Tuhan Yesus ini sesungguhnya dilatarbelakangi situasi ketika orang-orang dibebani dengan berbagai aturan/hukum ritualistik keagamaan secara berlebihan: Lakukan ini! Lakukan itu! Jangan begini! Jangan juga begitu! Lakukan hanya dengan cara ini! Yesus dengan jelas mengundang serta merangkul siapa saja yang berbeban berat karena kuk hukum tersebut. Ia berusaha membebaskan mereka. Tetapi bukan itu saja, Yesus bahkan berkata pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku. Apakah maksud perkataan ini? Apakah Yesus hendak menambah kuk yang lain?
Kita tahu ada dua macam kuk yang biasanya digunakan untuk bekerja yaitu kuk tunggal dan kuk ganda. Di satu sisi kuk bisa dipahami sebagai lambang kesediaan untuk taat dan mengikuti perintah Tuhan. Namun di sisi lain, kuk ini terutama kuk ganda, juga menjadi lambang saling berbagi. Jadi ketika Yesus berkata pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-Ku, Ia juga memberi diri-Nya untuk ikut menanggung beban kita. Kita tak dibiarkan-Nya menanggung beban berat sendirian. Dengan demikian beban yang dipikul bersama menjadi tidak terlalu berat. Mari kita belajar untuk mengandalkan Tuhan. Sekalipun kehidupan yang kita jalani ini penuh dengan tantangan, janganlah kita takut dan kecil hati. Ingatlah Tuhan bersama kita. Ia mau menanggung beban bersama kita dan akan memberikan kelegaan kepada kita.[LM]

No comments:

Post a Comment