Latest News

Sunday, July 16, 2017

“Janganlah KAMU Takut”

“Janganlah KAMU Takut”

Kita membaca Matius 28. Hari itu adalah “hari pertama minggu itu”. Tiga hari sebelumnya, para pemuka agama telah menyalibkan Tuhan. Yusuf dari Arimatea membaringkan tubuh-Nya dalam sebuah kubur dan orang-orang Farisi menutup kubur itu dengan batu dan penjaga-penjaga menjaga kubur itu. Lalu, “setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu”……
Matius 28:1-6
“….. pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.”
Yang mengesankan saya dari perikop ini adalah bahwa malaikat tidak mengatakan “jangan takut” kepada para penjaga. Padahal, mereka sangat ketakutan. Saking takutnya, mereka menjadi seperti orang mati ketika melihatnya. Orang mati yang mereka jaga sudah bangkit dan mereka yang menjaganya menjadi seperti orang mati! Namun, malaikat tidak mengatakan apa pun kepada mereka. Dia tidak mengucapkan perkataan apa pun untuk mendorong mereka! Dan, itulah mengapa kata “kamu” di sini menjadi sangat penting, sekalipun penekanan kata “kamu” di sini hilang dalam kebanyakan penerjemahan modern (namun terasa dalam teks asli bahasa Yunaninya). Malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut”. “Jangan lihat para penjaga itu. Mereka ketakutan dan mereka memang seharusnya takut. Tetapi kamu jangan takut. Kamu yang mengikut Yesus, kamu yang mencari Yesus, jangan kamu takut. Aku tidak mengatakan ini kepada mereka yang menjaga kubur kosong itu. Aku tidak mengatakan ini kepada mereka yang berusaha menahan Tuhan agar tetap berada di dalam kubur. Mereka ketakutan, tetapi kamu jangan takut. Karena aku tahu kamu, saudara-saudariku, sedang mencari Yesus yang disalibkan itu, dan di mana pun Dia berada, kamu pun akan berada bersama-sama dengan Dia. Jangan takut! “Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu”.
Dengan nada yang sama Roh Kudus mengatakan kepada kita dalam 1 Tesalonika 5:1-10:
1 Tesalonika 5:1-10
“Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam. Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman--maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin--mereka pasti tidak akan luput. Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam. Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Karena Allah tidak menetapkan kitauntuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.”
Setiba-tiba terjadinya kebangkitan bagi para penjaga, setiba-tiba itu pula terjadinya hari Tuhan. Hari Tuhan akan datang seperti pencuri pada waktu malam. “Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman--maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan,… mereka pasti tidak akan luput”. Mereka akan sangat ketakutan dan tidak ada seorang pun akan berkata kepada mereka “Jangan takut”. Tetapi sekali lagi, bukan kita, saudara-saudariku yang terkasih. Karena kita tidak hidup di dalam kegelapan sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kita seperti pencuri. Allah tahu siapa yang kita ikuti. Allah tahu siapa yang kita cari. Allah tahu bahwa kita mencari dan menanti-nantikan Yesus. Oleh karena itu, jangan takut! Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita! Dia akan datang. Tuhan kita akan datang. Kamu, pengikut-pengikut Yesus, orang-orang yang mencari Yesus, jangan kamu takut!

"Jalan-Jalan Hidupku telah Aku Ceritakan dan Engkau Menjawab Aku”

"Jalan-Jalan Hidupku telah Aku Ceritakan dan Engkau Menjawab Aku”

Judul di atas dapat kita temukan dalam Mazmur 119:26. Daud berkata bahwa ia menceritakan jalan-jalan hidupnya kepada Allah dan Allah menjawab dia. Saya percaya kata sambung “dan” di sini menunjukkan bahwa jawaban dari Allah adalah hasil dari Daud menceritakan jalan-jalannya. Banyak dari kita “merahasiakan” sesuatu dari Allah. Kita menyembunyikan bagian-bagian dalam hidup kita yang tidak pernah dibukakan, bahkan kepada Allah. Banyak orang menyimpan dan menyembunyikan luka mereka karena berpikir semua luka yang terjadi disebabkan oleh karena kegagalan pribadi mereka, sehingga tidak seharusnya mereka memiliki luka-luka tersebut. Banyak orang yang tidak pernah membicarakan atau mendoakan masalah tertentu ataupun kekhawatiran yang mereka rasakan, karena menganggap Allah tidak seharusnya memedulikan “soal-soal penghidupan yang sepele” seperti kekhawatiran. Mereka pikir hal-hal semacam itu seharusnya dihadapi oleh kita sendiri. Ada juga orang yang memiliki impian, ketakutan serta keinginan yang tidak pernah mereka ungkapkan kepada Dia. Ini menjadi semacam relasi antar dua pribadi, di mana salah satunya terus menerus menolak untuk mengungkapkan isi hatinya kepada yang lain. Bagaimana kita menyebut relasi semacam itu? Saya menyebutnya relasi yang dangkal. Dan relasi seperti inilah yang banyak orang miliki dengan Allah Alkitab yang adalah BAPA KITA dan yang begitu mengasihi kita sehingga memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi kita (Yohanes 3:16). Saya percaya keterbukaan hati adalah pengukur yang dapat dipergunakan untuk mengukur kedalaman sebuah relasi termasuk juga relasi kita dengan Allah: keterbukaan hati kita menentukan jenis relasi apa yang kita miliki dengan Dia. Seberapa banyak kita berkomunikasi dengan Dia? Apa yang kita katakan kepada-Nya? Seberapa banyak jalan hidup kita yang kita ceritakan kepada-Nya? Daud menceritakan jalan-jalan hidupnya dan saya percaya yang ia maksud adalah ia menceritakan segala sesuatu kepada-Nya. Ia membuka hatinya di hadapan Penciptanya dan menceritakan segala hal kepada-Nya.
Jika kekhawatiran yang Anda sembunyikan, Allah ingin agar Anda menyerahkan semua kekhawatiran itu kepada-Nya. Inilah yang dikatakan oleh Firman-Nya:
I Petrus 5:7
“Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
Selain itu, dalam Filipi 4:6-7
“Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Firman Tuhan berkata, nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Dia! Apakah ada dosa-dosa yang Anda sembunyikan oleh karena Anda percaya Allah tidak akan pernah mengampuni dosa-dosa ini? Firman Tuhan berkata:
I Yohanes 1:8-10
“Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.”
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita. Tetapi ini membutuhkan tindakan dari pihak kita, yaitu kita harus berbicara kepada-Nya. Kita harus mengakui dosa-dosa kita. Kita harus mengatakan kepada-Nya kesalahan-kesalahan kita. Dia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni kita.
Apakah impian yang Anda sembunyikan dari Dia, karena mungkin Anda merasa semua itu tidak relevan bagi Dia? Mungkin impian Anda tidak relevan bagi dunia yang dingin, kering dan kacau ini namun relevan bagi Allah. Tak terhitung banyaknya maksud Allah bagi kita! Perkataan itu dituliskan dalam Mazmur 40:5:
Mazmur 40:6
“Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.”
Selain itu di dalam Efesus 3:20-21
Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.”
Roma 8:31-32
Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”
Dan Mazmur 84:12
“Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.”
Maksud Allah bagi kita tidak terhitung banyaknya. Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. Dia sanggup melakukan bagi kita jauh lebih banyak daripada yang kita pikirkan, impikan, atau doakan. Tetapi kita harus menyatakannya. Kita harus memintanya! Relasi membutuhkan komunikasi. Di mana tidak ada komunikasi, maka tidak ada relasi. “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa”, kata Yakobus (Yakobus 4:2). Mungkin ada orang yang bertanya, “Tetapi, bukankah Allah mengetahui segala sesuatu?”….. Masalahnya bukan Allah tahu atau tidak tahu. Tentu saja, Allah mengetahui semua kekhawatiran, dosa, impian, ataupun luka kita….. Dia mengetahui semuanya. Namun, Dia merindukan keterbukaan penuh hati kita kepada-Nya. Apa yang Dia inginkan adalah komunikasi, persekutuan, relasi. Dan relasi tidak akan terbentuk tanpa adanya komunikasi. Oleh karena itu, masalahnya bukan apakah Allah tahu atau tidak tahu… karena Dia mengetahui segala sesuatuMasalahnya adalah komunikasi. Daud menceritakan segala jalan hidupnya kepada Tuhan dan Tuhan menjawabnya! Apakah Anda ingin agar Tuhan menjawab Anda? Sediakanlah waktu, waktu untuk berkomunikasi dengan Dia, waktu untuk menceritakan semua jalan hidup Anda, keinginan Anda, impian, kegagalan atau dosa-dosa Anda kepada-Nya. Dia pasti akan mendengar Anda dan Dia akan menjawab.

Fakta-Fakta Mengenai Iman

Fakta-Fakta Mengenai Iman

Baru-baru ini saya membaca sebuah buku yang sangat bagus yang ditulis oleh seorang penulis Tiongkok bernama Watchman Nee. Judul buku tersebut adalah “The New Covenant” (Perjanjian Baru) dan dalam beberapa bab pertamanya, penulis menjelaskan perbedaan antara fakta dan janji. Bagi saya penjelasannya sangat sederhana dan mencerahkan. Seringkali kita menyalahartikan janji sebagai fakta dan fakta sebagai janji. Akan sangat mencerahkan jika kita dapat memahami dengan jelas apa artinya janji dan apa artinya fakta. Janji mengandung kemungkinan tidak digenapi kecuali syarat tertentu dipenuhi. Itulah sebabnya ia dinamakan janji. Kita dapat melihat contoh janji dalam artikel berjudul, “Hormatilah Ayahmu dan Ibumu”: yaitu janji berupa kesejahteraan dan umur yang panjang. Janji ini bersyarat dan syaratnya adalah kita harus menghormati ayah dan ibu kita. Di sisi lain, ketika Allah mengatakan jika kita mengaku dosa kita maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9), ini bukan janji. Ini adalah fakta. Begitu kita mengaku dosa-dosa kita, kita tidak perlu memikirkan lagi apakah kita masih membawa dosa-dosa itu ataukah dosa-dosa itu sudah diampuni! Dosa-dosa itu sudah diampuni! Ini bukan janji. Ini adalah fakta! Juga ketika Firman Tuhan berkata bahwa orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah anak-anak Allah dan mereka lahir dari Allah, ini pun bukan janji! Ini adalah fakta! Jika Anda percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka sekarang Anda adalah anak Allah! Fakta yang sangat indah! Seorang teman baru-baru ini mengatakan kepada saya bahwa bagian-bagian dari perlengkapan senjata Allah adalah bagian dari identitas kita di dalam Kristus. Apa yang sangat ditakutkan oleh Iblis adalah melihat kita berjalan sesuai dengan siapa diri kita sesungguhnya. Yang sangat Iblis takutkan adalah kita menyadari siapa diri kita berdasarkan apa yang Firman Allah katakan!

Fakta versus janji: aplikasi Roma 6:6

Kembali mengenai fakta, berikut ini sebuah fakta: ketika Firman Allah mengatakan bahwa kita harus memandang manusia lama kita telah turut disalibkan bersama-sama dengan Kristus, maka ini bukan janji: kita tidak perlu mendoakan agar Allah menyalibkan manusia lama kita. Manusia lama kita TELAH disalibkan. Allah tidak dapat melakukannya lagi! Dia telah melakukannya! Dia telah menyalibkan manusia lama kita! Sekarang manusia lama kita telah disalibkan. Beberapa orang mungkin bertanya, “Kalau begitu, mengapa sampai sekarang saya masih berbuat dosa?”. Inilah jawaban yang diberikan oleh Watchman Nee (Penekanan ditambahkan):
“Beberapa orang bertanya “Jika demikian, mengapa kita berbuat dosa lagi? Jika manusia lama telah disalibkan dan jika kita sekarang adalah manusia baru, mengapa kita masih berbuat dosa?” Pertanyaan ini memimpin kita kepada pertanyaan yang lain. Apa yang harus kita lakukan agar kita menyadari fakta Allah yang telah terlaksana? Kesalahan yang banyak orang lakukan adalah mereka mengubah fakta Allah menjadi janji. Manusia lama telah disalibkan. Namun, beberapa orang berpikir bahwa Allah hanya berjanji untuk menyalibkan manusia lama. Mereka pikir mereka harus meminta agar Allah menyalibkan manusia lama mereka. Setiap kali mereka berbuat dosa, mereka pikir manusia lama mereka masih belum disalibkan. Jadi, mereka kembali meminta agar Allah menyalibkannya. Setiap kali mereka menghadapi pencobaan, mereka pikir manusia lama mereka belum disalibkan, dan mereka kembali meminta agar Allah menyalibkannya. Mereka tidak menyadari bahwa fakta Allah berbeda dengan janji Allah. Allah telah melakukan banyak hal. Fakta bukan sesuatu yang Allah janji untuk dilakukan.
Oleh karena itu, kita tidak perlu mendoakannya. Yang perlu kita lakukan bukan mendoakannya tetapi memercayainya. Terhadap fakta-fakta Allah, satu-satunya yang harus kita lakukan adalah percaya. Jika kita percaya, kita akan mengalaminya. Fakta, iman, mengalami ─ inilah urutan yang Allah tetapkan, dan ini adalah prinsip yang agung dalam kehidupan spiritual kita. Yang perlu kita lakukan hanyalah ini: Pertama-tama, kita harus mengetahui fakta-fakta Allah. Allah pasti menyatakannya kepada kita melalui Roh Kudus. Kedua, setelah kita mengetahui fakta-fakta Allah berkenaan dengan hal tertentu, kita harus memegang erat Firman Allah dan percaya bahwa kita telah menjadi sebagaimana kita sesuai dengan Firman-Nya. Jika fakta Allah mengatakan sesuatu, maka seperti itulah kita sesuai dengan Firman-Nya. Ketiga, kita harus melatih iman ini dan bersyukur kepada Allah bahwa kita adalah sebagaimana yang dikatakan-Nya dan kita harus hidup sesuai dengan siapa kita. Keempat, setiap kali pencobaan dan ujian datang, kita harus percaya bahwa Firman Allah dan fakta Allah lebih bisa diandalkan dibandingkan dengan pengalaman kita. Satu-satunya yang harus kita lakukan adalah sepenuhnya percaya kepada Firman Allah; Dia yang bertanggung jawab memberi kita pengalaman. Jika kita hanya mengarahkan perhatian kita pada pengalaman, kita akan gagal. Kita harus mengarahkan perhatian kita kepada memercayai fakta Allah. Itulah satu-satunya tanggung jawab kita. Tentang pengalaman, kita dapat menyerahkannya kepada Allah karena Dialah yang bertanggung jawab memberikan pengalaman itu kepada kita.
Dasar pengalaman kristiani adalah Roma 6:6. Satu-satunya yang harus kita lakukan adalah mengizinkan Roh Allah menunjukkan kepada kita bahwa manusia lama kita telah disalibkan. Kemudian, kita harus memegang erat Firman Allah ini dan percaya bahwa kita telah mati terhadap dosa. Setelah ini, kita harus hidup seolah-olah kita sudah mati. Bahkan ketika pencobaan datang dan mengatakan kepada kita bahwa kita belum mati, kita harus lebih memercayai apa yang telah Allah lakukan daripada perasaan dan pengalaman kita. Jika kita melakukan ini, pengalaman akan mengikuti. Kita harus sungguh-sungguh mengerti bahwa fakta Allah bukan menjadi nyata karena kita melakukan ini. Tetapi kita melakukan ini karena fakta Allah sudah menjadi nyata.
Seandainya manusia lama kita belum mati, kita dapat berdoa dan meminta kepada-Nya untuk menyalibkannya. Tetapi, jika penyaliban adalah fakta yang telah terlaksana dan kita masih saja meminta Allah untuk melaksanakannya lagi, hal itu menunjukkan bahwa kita benar-benar kurang beriman. Biarlah kita memiliki iman yang lebih besar di hadapan Allah. Saya mengakui bahwa seandainya saya tidak mengalami sakit penyakit selama tiga tahun terakhir ini, saya mungkin tidak akan memahami apa iman itu. Di banyak tempat saya telah bertemu dengan banyak saudara terkasih. Tetapi saya jarang bertemu dengan orang yang percaya kepada Allah. Apakah iman itu ? Iman adalah percaya bahwa apa pun yang Allah katakan, itulah persis yang Dia maksudkan. Iman adalah percaya bahwa segala sesuatu adalah sesuai dengan Firman Allah. Allah berkata bahwa manusia lama kita sudah mati. Itu berarti manusia lama kita sudah mati. Fakta adalah sesuatu yang Allah telah laksanakan melalui Kristus. Tidak ada seorang pun dapat mengatakan lebih dari itu. Allah telah mengirimkan Anak-Nya untuk melaksanakan segala sesuatunya bagi kita dan melalui Alkitab, Dia menyatakannya kepada kita. Sekarang, apa yang telah Dia laksanakan itu sudah selesai; Allah tidak dapat melakukan apa pun lagi, dan tidak ada lagi yang bisa kita lakukan kecuali kita menerimanya di hadapan Dia dengan rendah hati dan percaya bahwa Firman-Nya nyata. Biarlah hati kita yang keras dan hati yang jahat oleh karena ketidakpercayaan kita, dibuang jauh sehingga kita dapat menerima anugerah Allah” (Watchman Nee, The New Covenant, Living Stream ministry, pp. 19-21)”
Iman adalah percaya bahwa apa pun yang Allah katakan, itulah yang Dia maksudkan! Allah berkata bahwa manusia lama kita telah mati. Maka manusia lama kita sudah mati! Ketika Firman Allah berkata bahwa setiap orang yang percaya bahwa Yesus adalah Kristus, ia lahir dari Allah (1 Yohanes 5:1) maka itulah dimaksudkan-Nya. Jika kita percaya Yesus adalah Kristus, maka kita ini lahir dari Allah! Ini adalah sebuah fakta! Berikut ini beberapa fakta lain, kali ini dari Efesus 2:
Efesus 2:1-10, 19-20
“Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan-- dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya….. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.”
Apa yang digambarkan dalam ayat-ayat di atas bukan janji atau hal-hal yang mungkin akan kita peroleh. Sebaliknya ini adalah fakta! Tidak benar bahwa sekarang kita mati karena dosa-dosa kita! Yang benar adalah kita DAHULU sudah mati karena dosa-dosa kita! Yang benar SEKARANG adalah bahwa meskipun kita dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita “Allah telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan-- dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga”. Ini adalah FAKTA. Inilah kita dan di mana kita berada SEKARANG! Ini bukan sesuatu yang harus kita mintakan dalam doa! Ini adalah sesuatu yang untuknya kita harus berterima kasih kepada Allah! Ini sudah dilakukan! Akuilah! Percayalah! Yang Iblis inginkan adalah agar kita jangan pernah mengetahui siapa diri kita SEKARANG di dalam Kristus. Begitu kita tahu siapa diri kita di dalam Kristus, yang akan Iblis upayakan adalah berusaha agar kita mengabaikan fakta ini dengan tidak memercayainya! Jangan jatuh ke dalam perangkapnya. Fakta Allah adalah jaminan pasti dan jaminan itu adalah milik kita SEKARANG. HIDUPLAH DENGAN MEMEGANGNYA! Sebagaimana Watchman Nee katakan: “Kita harus sungguh-sungguh mengerti bahwa fakta Allah bukan menjadi nyata karena kita melakukan ini. Tetapi kita melakukan ini karena fakta Allah sudah menjadi nyata.” Banyak orang berkata bahwa dengan melihat kita percaya. Kita telah melihat dan membacanya dalam Alkitab, maka percayalah! Kita adalah sebagaimana diri kita sesuai dengan apa yang Allah katakan!

Apa yang Perlu Kita Lakukan "Jikalau Saudara [Kita] Berbuat Dosa?" (Lukas 17:3-4)

Apa yang Perlu Kita Lakukan "Jikalau Saudara [Kita] Berbuat Dosa?" (Lukas 17:3-4)

Dalam Lukas 17:3-4 kita membaca:
"Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalauia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia."
Ada beberapa “jikalau” dalam perikop ini. Sebagai seorang yang berprofesi sebagai konsultan dalam bidang IT saya tahu betul apa arti pernyataan “jika” dalam sebuah program. Artinya adalah apa yang mengikuti pernyataan “jika” hanya akan berlaku jika apa yang termasuk di dalam pernyataan “jika” tersebut terpenuhi. Dalam kalimat yang pertama dari Firman Tuhan di atas, kita melihat dua pernyataan “jika”.
JIKALAU saudaramu berbuat dosa
MAKA tegurlah dia
JIKALAU (setelah kamu menegurnya) ia menyesal
MAKA ampunilah dia.
Inilah urutan yang Tuhan tetapkan. Banyak orang ingin diampuni tanpa pernah bertobat dan menyesal. Banyak juga orang yang tidak mau mengampuni seseorang atas dosa yang mengenainya mereka tidak pernah menegurnya! Dengan demikian mereka melanggar peraturan sederhana yang Tuhan telah tetapkan di atas. Banyak juga orang yang senang menegur orang lain atas hal-hal yang sama sekali bukan dosa! Ada banyak orang bermulut besar yang senang mengkritik segala sesuatu dan semua orang dan jika Anda jatuh ke dalam mulut mereka…kasihan sekali Anda. Mereka berpura-pura menegur orang lain padahal tidak ada dosa.
Anda mungkin bertanya apa yang akan terjadi jika saya menegur seseorang yang jelas-jelas berbuat dosa, dan orang tersebut tidak menyesal dan tidak pernah meminta pengampunan? Sayangnya kasus seperti ini dapat terjadi. Banyak sekali orang yang sedemikian sombongnya sehingga mereka tidak pernah mau “meminta maaf” kepada siapa pun. Saya telah melihat banyak kasus di mana orang-orang ditegur dengan sangat jelas, mereka jelas-jelas berbuat kesalahan, namun mereka melewatkan apa yang telah mereka lakukan dengan berbuat seolah-olah semua itu tidak pernah terjadi, tanpa pernah mengatakan “Maafkan saya atas apa yang telah terjadi”! Watchman Nee pernah berkata, “Semakin rendah hati seseorang, semakin sering ia mengatakan maafkan saya.” Meminta “maaf” bahkan untuk kesalahan terkecil yang Anda PIKIR telah Anda lakukan. Inilah yang namanya kerendahan hati! Inilah yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang kristiani! Jangan mengingkarinya. Jika mengingkarinya, kita menjadi orang-orang yang munafik, orang yang mengetahui Firman Tuhan, namun tidak mau menghidupinya. Tidak mau meminta maaf bukan hanya akan melukai orang yang terhadapnya dosa dilakukan, tetapi juga akan melukai orang yang berbuat dosa tersebut. Misalnya, jika ada orang yang mulutnya sangat suka mengkritik dan mengintimidasi orang lain. Jikalau ini tidak dibereskan, tentu saja orang itu akan melukai banyak orang, dan dia sendiri akan dihindari oleh orang lain! Bagaimana kita dapat berbicara secara terbuka kepada seseorang yang senang mengintimidasi dan belum bertobat dari kebiasaannya ini? Tidak heran jika pada akhirnya orang seperti ini akan kesepian sendiri. Tetapi sekali lagi, apa yang seharusnya dilakukan oleh saudara-saudara seiman, atau oleh jemaat itu sendiri? Sudahkah mereka menegur orang ini? Teguran yang dilakukan dalam kasih dan bukan dalam kemarahan sangat penting. Ini merupakan bagian dari untaian rantai yang akan berakhir pada pengampunan. Namun, janganlah kita menegur orang lain berdasarkan apa yang kita pikirkan sebagai dosa, tetapi harus berdasarkan apa yang Firman Allah nyatakan sebagai dosa.
Berikut ini apa yang dikatakan oleh Tuhan dan Pemimpin iman kita dalam Matius 18:15-17:
Matius 18:15-17
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.”
Ini adalah aturan yang berasal dari Tuhan!! Ini adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yesus Kristus, Kepala Jemaat. Lalu, mengapa kita ingin mencoba melakukannya dengan cara yang berbeda? Mengapa kita pikir akan lebih baik jika kita diam saja terhadap kejahatan, pelecehan, dan dosa yang dilakukan di depan mata kita sendiri!! Di tengah jemaat kita sendiri! Kapan kita akan mendengar suara Tuhan dan bukan suara dunia yang berkata “Setiap orang punya kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkannya”? Perhatikan kembali apa yang Tuhan kita katakan (dalam bentuk bahasa “program”, karena sangat tepat artinya!):
JIKA saudaramu berbuat dosa
Tegurlah dia, beritahu kepadanya apa kesalahannya
Jika ia bertobat: BAGUS.
JIKA TIDAK
Bawalah dua atau tiga orang saksi
JIKA ia tidak mau mendengar mereka MAKA
Sampaikan soalnya kepada jemaat
JIKA ia tidak mau juga mendengarkan jemaat MAKA
Pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai
Sementara, apa yang kami lakukan di dalam gereja-gereja Barat modern adalah:
JIKA saudaramu berbuat dosa
Jangan katakan apa pun kepadanya, supaya jangan…melukai hatinya!!
Atau:
JIKA kamu punya cukup keberanian untuk memberitahukan kepadanya, dan ia tidak mau mendengar,
Itu bukan masalah…itu bukan urusanmu. Itu urusan dia sendiri.
Tetapi, siapa yang berkata seperti ini? Adakah satu saja halaman dari Alkitab, di mana Tuhan atau rasul-rasul-Nya memerintahkan hal seperti ini? Perhatikan di sini apa yang Paulus katakan:
I Korintus 5:1-2
“Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. Sekalipun demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu berdukacita dan menjauhkan orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu?
"Menjauhkan”? Ayolah Paulus. Saya sudah nyaman di kursi saya. Mengapa saya harus melakukan sesuatu? Mengapa saya harus mengganggu orang itu? Itu urusannya sendiri.” Dan Paulus, dan Allah melalui Paulus menjawab: “KAMU SOMBONG! Seharusnya kamu BERDUKACITA, bukannya duduk dengan hati beku di kursimu! Kamu harus menegur orang itu dan jika dia tidak mau bertobat, kamu harus menjauhkan orang itu dari tengah-tengah kamu”. Dan Paulus melanjutkan:
1 Korintus 5:9-13
“Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.
Ada penghakiman yang harus dilakukan. Sekali lagi, di sini saya tidak membahas tentang orang-orang bermulut besar yang berpikir sedang menegur orang lain, padahal yang mereka tegur adalah orang-orang yang tidak bersalah. Untuk ini, mereka sendiri harus ditegur. Dalam perikop di atas, seluruh jemaat mengetahui bahwa seseorang yang menyebut dirinya saudara, dan ia adalah seorang yang kikir, atau cabul, atau pemfitnah, dll, dan orang ini belum juga bertobat. Maka ia termasuk dalam kategori terakhir dalam pernyataan yang Tuhan ucapkan, yaitu:
JIKA ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, MAKA
Pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Atau, sebagaimana Paulus katakan: “Usirlah orang” itu. Dengan melakukan hal ini, kita memberi dia satu kali lagi kesempatan untuk bertobat. Sebaliknya jika kita menerimanya, kita pada dasarnya mengatakan kepada orang itu “Tidak masalah. Kami sebenarnya tidak terlalu peduli dengan kamu! Lakukan saja apa yang kamu inginkan!” Allah menghakimi orang-orang yang berada di luar jemaat. Kita menghakimi orang-orang yang berada di dalam jemaat. Firman Tuhan berkata, “Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat?” (1 Korintus 5:12)
Selain itu:
II Tesalonika 3:14-15
Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.”
"Tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia”. Tujuannya bukan untuk menolak orang itu melainkan supaya ia menjadi malu, sehingga ia pun mau bertobat! Kebalikkan dari ini, di tengah jemaat modern zaman sekarang, kita justru malu untuk memberitahu orang seperti ini agar bertobat! Seharusnya orang seperti ini dijauhi sehingga DIA menjadi malu dan bertobat. “Dijauhi” bukan berarti ditolak. Firman Tuhan berkata dalam Yakobus 5:19-20
Yakobus 5:19-20
“Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.”
Selain itu:
Yehezkiel 18:23
“Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?”
Allah tidak menginginkan penolakan. Dia menginginkan pertobatan dari orang yang berdosa tersebut. Tetapi, agar terjadi pertobatan, diperlukan teguran dan jika orang tersebut tidak mau mendengar siapa pun, maka ia harus diusir, ditandai, dan dijauhi. Namun ia harus tetap dinasihati agar mau kembali. Pintu harus selalu terbuka baginya jika ia mau bertobat. Allah tidak ingin orang itu tetap berada dalam keadaannya sekarang. Dia ingin orang itu bertobat!
Sebagai penutup, mari kita membaca kembali perkataan Tuhan kita dalam Matius 18:18:
Matius 18:18
“Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Ayat di atas menunjukkan adanya tanggung jawab, pilihan. Tanggung jawab kita untuk menegur. Tanggung jawab kita untuk bertobat. Tanggung jawab kita untuk mengampuni. Apakah kita mau menaati ajaran Firman Tuhan? Ajaran itu begitu jelas dan tepat.
Yesus pun menghampiri orang-orang yang tidak mengenal Dia dan para pemungut cukai! Begitu orang bertobat, dosa-dosanya pun diampuni dan orang itu kembali memiliki persekutuan dengan Allah dan sesama. Jangan pernah pintu ditutup bagi orang berdosa yang bertobat, dan jangan pernah pintu dibukakan bagi orang yang telah ditegur sesuai dengan cara yang Tuhan tetapkan, namun ia tidak mau juga bertobat.

Apa Visi Anda?

Apa Visi Anda?

Dalam Ibrani 11:9-10, kita membaca tentang Abraham:
Ibrani 11:9-10
“Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.”
Saya menandai ayat ke-10 karena ayat itu memberitahukan kepada kita apa visi dari Abraham, apa yang ia nanti-nantikan. Namun sebelum mengupasnya lebih dalam, mari terlebih dahulu kita melihat apa yang dimaksud dengan visi. Salah satu arti dari kata visi adalah kemampuan untuk melihat. Seseorang dikatakan buta jika ia tidak memiliki kemampuan untuk melihat dengan matanya. Dengan cara yang sama, kata “visi” juga dipergunakan untuk “melihat” apa yang ada di masa depan; untuk melihat apa yang saat ini tidak terlihat secara jasmaniah, tetapi yang kita bayangkan dalam pikiran kita sebagai situasi kita di masa depan. Visi Itu seperti sesuatu yang sudah ada di depan mata kita dan kita menanti-nantikannya demi untuk memperolehnya. Dengan demikian, visi adalah faktor pendorong yang sangat kuat karena ia menentukan tempat tujuan kita, di mana kita akan melihat diri kita sendiri di masa depan. Tanpa memiliki visi semacam ini, yang orang miliki hanyalah apa yang ‘di sini dan sekarang’ dan kita dapat menyebut orang seperti ini orang yang buta: sekalipun ia tidak buta secara jasmaniah, ia buta dalam artian tidak dapat melihat apa pun yang lebih jauh daripada hari ini.
Sekarang kita kembali ke Abraham. Abraham bukan orang yang tidak punya visi. Sebaliknya ia seorang yang penuh dengan visi, yaitu visi yang ALLAH berikan kepadanya. Ini menunjukkan satu hal lagi tentang visi…apakah visi kita adalah visi yang kita buat sendiri, visi yang melayani diri kita sendiri ataukah visi yang diberikan oleh Allah kepada kita? Kita akan melihat bahwa Allah telah memberikan visi kepada kita semua. Abraham meninggalkan negerinya dan diam di tanah yang dijanjikan. Di sana, ia menjadi orang asing dan tinggal di kemah, mengikuti janji yang sebelumnya telah Allah berikan kepadanya. Alasan Abraham melakukan semua ini adalah karena “ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.”
Visi Abraham bukan memperoleh kehidupan yang lebih sukses atau “lebih baik” di sini dan sekarang. Ia tidak peduli di mana ia akan tinggal. Ia bahkan tidak peduli harus meninggalkan keluarganya demi untuk mengikuti janji Allah, lalu pindah dan hidup sebagai orang asing dan diam di tanah yang telah dijanjikan itu. ‘Di sini dan sekarang’ sama sekali bukan menjadi kepeduliaannya. Visinya adalah kota yang perencana dan pembangunnya adalah Allah. Kota ini, yakni kota surgawi buatan Allah, sudah ada di depan matanya, di tempat di mana ia ingin tinggal. Dan bukan hanya dia tetapi juga orang-orang lain yang mengikutinya: Sarah, Ishak, Yakub, dan banyak lagi. Ibrani 11, setelah mencatat sejumlah pahlawan iman, mengatakan kepada kita:
Ibrani 11:13-16
“Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.”
Abraham dan orang-orang itu tidak mau kembali ke tanah asal mereka. Mereka mempunyai sebuah visi, visi berupa tanah air yang baru, visi berupa kota yang telah Allah persiapkan bagi mereka; kota yang sesungguhnya bukan hanya dipersiapkan bagi mereka tetapi bagi kita juga! Visi mereka adalah visi yang juga Allah berikan kepada kita, karena kita juga akan pergi ke kota yang sama tersebut. Lihatlah apa yang Firman Allah katakan:
Ibrani 13:14
“Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang.”
Efesus 2:19 
“Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,”
Filipi 3:20 
“Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga…..”
1 Petrus 2:11 
“Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.”
Kita tidak mempunyai kota di sini! Seperti Abraham, kita juga menanti-nantikan kota yang akan datang, kota yang sama yang ia nanti-nantikan. Seperti Abraham, kita pun adalah pendatang dan perantau di sini. Perhatikan juga kontras antara Efesus 2:19 and 1 Petrus 2:11. Dengan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan kebangkitan-Nya, Bapa telah “melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih” (Kolose 1:13). Pada saat yang sama, hal ini membuat kita menjadi “pendatang dan perantau” di dunia ini (1 Petrus 2:11) dan “kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” (Efesus 2:19). Kita adalah warga surgawi! Warga dari negeri yang sama, anggota penduduk dari kota yang sama yang merupakan visi dari Abraham! Hidup Abraham sepenuhnya didorong oleh visi ini. Ia akan pergi ke kota yang telah Allah persiapkan baginya ─ dan ia mengetahuinya. Bagi Abraham, yang penting bukan ‘di sini dan sekarang’, melainkan visi ini yang telah Allah berikan kepadanya, yaitu kota yang turun dari sorga, Yerusalem yang baru. Ini pun merupakan tempat tujuan kita yang terakhir. Seharusnya tidak ada seorang Kristen pun yang hidup tanpa memiliki visi atau yang memiliki visi yang salah. Visi kita bukan ‘di sini dan sekarang’. Visi kita bukan benda-benda malang dari dunia yang akan berlalu ini. Kita akan meninggalkan dunia ini. Visi orang Kristen adalah kota yang telah Allah persiapkan baginya, Yerusalem yang baru. Betapa menyedihkan karena seringkali kita melupakan hal ini. Betapa menyedihkan karena seringkali fokus perhatian kita adalah ‘di sini dan sekarang’, atau hal-hal dalam kehidupan ini. Dalam perumpamaan mengenai penabur Tuhan menjelaskan bahwa ada 4 kategori orang yang mendengarkan Firman Tuhan:
Markus 4:14-20 
“Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."
Kategori kedua dan ketiga yang menerima Firman namun murtad dan akhirnya tidak berbuah adalah kategori orang yang tidak memegang erat visi mereka. Meskipun mereka telah menerima Firman, pada akhirnya mereka kembali berfokus pada apa yang ‘di sini dan sekarang’. Kategori kedua bertahan sebentar saja dan ketika penindasan dan penganiayaan datang, mereka pun segera mundur. Visi adalah sesuatu yang memotivasi kita untuk maju, berapa pun harganya, dengan mata yang terarah pada apa yang kita ketahui sebagai tempat tujuan kita. Jelaslah bahwa ini tidak dimiliki oleh orang-orang dalam kategori ini. Ketika datang penindasan atau penganiayaan karena Firman itu, fokus mereka kembali menjadi ‘di sini dan sekarang’, menjadi tentang kelangsungan hidup, dan akibatnya mereka pun “menjadi kering” (Markus 4:6). Demikian pula dengan kategori ketiga: fokus mereka bukan fokus yang benar. Kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain membuat Firman itu tidak berbuah. Kedua kategori mengalami kegagalan karena visi mereka bukan kota yang dibangun oleh Allah, bukan langit yang baru dan bumi yang baru, melainkan apa yang ‘di sini dan sekarang’, yaitu langit yang ini dan bumi yang ini. Dan sekalipun Allah adalah juga Allah kita ‘di sini dan sekarang’, kita tidak boleh menjadikan apa yang ‘di sini dan sekarang’ menjadi fokus kita. 1 Korintus mengatakan kepada kita:
1 Korintus 15:19 
“Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.”
Dengan membaca ayat-ayat yang mendahului ayat ini, kita melihat bahwa ada beberapa orang dari antara jemaat Korintus yang mendukung ajaran bahwa tidak ada kebangkitan dari antara orang mati. Dengan kata lain, mereka mengajarkan bahwa satu-satunya hal yang penting adalah ‘di sini dan sekarang’. Paulus berkata, jika seperti ini, jika mereka hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, hanya untuk ‘di sini dan sekarang’, maka mereka adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. Perhatikan kata “hanya”. Bukan berarti dalam hidup ini kita tidak memiliki pengharapan di dalam Kristus. Kita memilikinya, tetapi bukan HANYA dalam hidup ini saja. Jika fokus kita HANYA ‘di sini dan sekarang’ (“Saya percaya kepada Tuhan supaya Ia memberi saya pekerjaan yang lebih baik, supaya saya mendapatkan pasangan hidup, supaya saya sehat” dll) maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. Karena kita telah kehilangan visi kita, gambaran yang jauh besar. Tentu saja kita harus menyerahkan semua kebutuhan kita kepada Tuhan, menyatakan kekhawatiran kita kepada-Nya, membuka hati kita dan mencurahkan segala pikiran dan masalah kita kepada-Nya, ketuklah dan kita akan mendapatkan. Namun, fokus utama kita adalah gambaran yang utuh, visi, kota yang telah Allah persiapkan bagi kita.
Matius 6:25-33 
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Janganlah khawatir akan hidupmu” kata Firman Tuhan. Allah mengetahui semua kebutuhan kita dan Dia akan memenuhi semua kebutuhan itu. Kita tidak perlu berfokus pada semua itu. Memang, kita harus mendoakan kebutuhan kita tetapi janganlah kebutuhan itu menyita seluruh perhatian kita. Fokus kita, visi kita, apa yang seharusnya berada di depan mata kita, bukanlah kekhawatiran, kekayaan, atau hal-hal lain, melainkan Kerajaan Allah, kota yang telah Allah persiapkan bagi kita, kota yang akan kita tuju, negeri kita yang sesungguhnya. Sebagaimana dikatakan dalam Ibrani:
Ibrani 12:18-22 
“Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai, kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka…..Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi…..”
“Kamu sudah datang”. Kita sudah berada di sana! Allah menganggap kita sudah berada di sana! Kita adalah kawan sewarga dari orang-orang kudus. Kita telah dibangkitkan dan diberi tempat bersama-sama dengan Kristus di sorga (Efesus 2:6). Kita sedang berada dalam perjalanan menuju ke sorga, ke kota yang telah Allah persiapkan bagi kita!
Wahyu 21:2-4 
“Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Apakah ini visi Anda, saudaraku di dalam Kristus? Inikah yang Anda nanti-nantikan? Ataukah Anda dibebani oleh kekhawatiran dan telah kehilangan fokus? Kuatkanlah hati Anda, pandanglah Firman-Nya dan ingatlah: kita bukan milik ‘di sini dan sekarang’. Jangan terlalu berfokus pada semua itu. Di sini kita hanya pendatang dan perantau yang sedang menanti-nantikan negeri yang baru, kota yang baru, kota yang telah dipersiapkan oleh ALLAH dan bukan oleh manusia. Karena sesungguhnya Dia telah mempersiapkan sebuah kota untuk Anda dan saya, dan kita akan pergi ke sana!
Yohanes 14:2-3 
“Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.”

Anda Dikenal

Anda Dikenal

Baru-baru ini saya berbincang dengan isteri saya tentang seorang misionaris abad 19 yang mengabarkan Injil di Tiongkok dan kemudian di Afrika. Saya sangat terkesan, karena orang-orang yang saya tidak kenal, mereka mau melakukan ini. Namun, bagaimana dengan kita semua di dalam tubuh Kristus? Saya tidak kenal Anda, Anda juga tidak kenal saya, tetapi kita masing-masing adalah anggota dari tubuh Kristus; anggota dari Tuhan Yesus Kristus─Kepala dari tubuh─yang sangat mengenal masing-masing anggotanya secara pribadi. Poin penting di sini adalah: Mungkin kita tidak dikenal oleh banyak orang. Nama kita mungkin tidak pernah tertera di halaman majalah Kristen, atau di layar TV selama acara rohani ataupun di rak toko-toko buku Kristen; nama kita mungkin tidak akan pernah diingat seperti nama Paulus atau Petrus, dan tidak akan pernah disebutkan dalam buku-buku sejarah gereja. NAMUN, dan ini yang terpenting, Tuhan mengenal kita semua secara sempurna! Bagi Tuhan, kita semua, baik yang dikenal maupun tidak dikenal oleh manusia, telah membuat perbedaan besar ketika kita percaya kepada-Nya! Kita semua, baik yang dikenal maupun tidak dikenal oleh manusia, dikenal oleh-Nya. Bagi kita semua yang percaya kepada Yesus Kristus dan kebangkitan-Nya, dituliskan dalam Roma 8:
Roma 8:28-39
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya. Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Perkataan-perkataan ini dituliskan bukan hanya bagi orang-orang Kristen ternama, bukan hanya bagi mereka yang telah mengorbankan nyawa karena iman, bukan hanya bagi mereka yang nama-namanya dapat kita baca dalam Alkitab. Perkataan-perkataan ini dituliskan juga bagi KITA, orang-orang percaya biasa di dalam Yesus Kristus. Mungkin di dunia, nama kita tidak tercantum di satu pun halaman buku telepon, TETAPI nama kita tercantum di halaman Buku Kehidupan! Mungkin di dunia, hanya sedikit orang yang mengenal dan mengingat kita tetapi saya tahu Seseorang yang tidak akan pernah melupakan kita: Allah.
Yesaya 49:15
“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”
Ibrani 13:5
“Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

Apakah Anda Mengenal Kedua Belas Rasul?

Selanjutnya mengenai topik yang sama, saya ingin kita membaca Matius 10:2-4, di mana nama-nama kedua belas rasul disebutkan. Di sana kita membaca:
Matius 10:2-4
“Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia.”
Saya yakin Anda akan mendapati sangat sedikit orang yang tidak mengenal Petrus, Yohanes dan Tomas. Namun, saya juga yakin Anda hanya akan mendapati sedikit orang yang mengenal kesemua rasul tersebut. Mereka mungkin tidak ingat siapa Simon orang Zelot, siapa Tadeus atau siapa Yakobus anak Alfeus. Nama-nama mereka “kurang dikenal” di antara kedua belas rasul. Selain disebutkan seperti dalam ayat di atas, kita mendapati mereka disebutkan dalam Alkitab hanya sebagai bagian dalam istilah kolektif, misalnya kedua belas rasul atau “murid-murid”. Tidak ada surat-surat yang mereka tulis sendiri dalam Perjanjian Baru. Kisah mereka sendiri tidak tercatat dalam Kisah Para Rasul dan kita tidak banyak mendengar tentang mereka di dalam kitab-kitab Injil. Namun, mereka adalah murid-murid Kristus, yang secara khusus dipilih serta dikenal sepenuhnya oleh Dia…..Sama seperti Anda dan saya! Sebagaimana Tuhan katakan:
Yohanes 15:16
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.”
Bukan kita yang memilih Tuhan, tetapi Tuhanlah yang memilih kita, Dia memilih ANDA secara khusus. Anda adalah pilihan pribadi-Nya, sangat disukai oleh-Nya, pilihan-Nya sendiri! Kasih-Nya bagi Andamelebihi segala pengetahuan, sebagaimana dikatakan dalam Efesus 3:19! Selanjutnya, 1 Korintus 15:58 berkata kepada kita:
1 Korintus 15:58
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”
Jerih payah Anda di dalam tubuh Kristus tidak sia-sia. Anda mungkin bukan orang yang nama dan kisahnya tercatat dalam sejarah gereja (yang tercatat di bumi), tetapi Anda adalah seseorang dalam sejarah gereja yang namanya tercatat di sorga. Anda dipilih oleh Tuhan dan jerih payah Anda bagi Tuhan tidak sia-sia! Jadi, berdirilah teguh! Anda telah dipilih secara pribadi oleh Kristus untuk “pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap”